Cerita Bupati Sitaro Tegakkan Protokol Kesehatan hingga Daerahnya Raih Zero Covid-19
Bupati Sitaro mengungkap cara mengatasi pandemi Covid-19 hingga daerahnya meraih zero Covid-19 sejak awal pandemi.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Evangelian Sasingen membeberkan cerita penanganan Covid-19 di daerahnya.
Eva, sapaan akrabnya, mengaku Kepulauan Sitaro sempat menuai prestasi sebagai daerah dengan Zero Covid-19 sejak Maret hingga Mei.
Bahkan, prestasinya ini membuat Sitaro menjadi satu di antara kabupaten yang mendapatkan penghargaan tinggi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (13/10/2020) lalu.
Eva pun menjelaskan beberapa caranya hingga membuat kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Utara ini mendapat prestasi.
Baca juga: Lebih 44 Juta WNI Merasa Tidak Mungkin Terpapar Covid-19, Kepala BNPB Ingatkan Fakta di Lapangan
Hal tersebut ia sampaikan dalam talkshow "Zero Covid-19: Penerima Penghargaan BNPB" di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Kamis (15/10/2020).
Eva mengatakan, sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi Covid-19, dirinya sudah menginformasikan kepada seluruh warga untuk memperketat pengawasan di sepuluh pintu masuk pulau.
Bahkan, saat awal pandemi Eva mengaku kesulitan mendapat alat pelindung diri (APD) bagi petugas yang berjaga hingga terpaksa menggunakan jas hujan.
"Di setiap pintu ada pemeriksaan ketat. Awal-awal kami tidak menggunakan pelindung karena belum ada APD."
"Kami gunakan jas hujan sebagai pengganti," kata wanita berusia 52 tahun ini, dikutip dari tayangan Youtube BNPB, Kamis (15/20/2020).
Baca juga: Bupati Sitaro Sebut Wilayahnya Zona Hijau Covid-19 karena Action Sejak Awal
Kendati demikian, Eva menjelaskan kasus Covid-19 sempat muncul di akhir Mei dan Juni dari satu klaster pasar.
Saat itu, dirinya memutuskan menutup pasar untuk dilakukan sterilisasi.
Kemudian, kontak dekat dari pasien yang terkonfirmasi positif langsung di-tracing sampai satu kelurahan.
Setelah hasilnya reaktif, mereka langsung ditampung di rumah singgah.
Selain membangun rumah singgah, Eva menambahkan pihaknya membentuk tim Gugus Tugas dari tingkat kecamatan, kelurahan, desa, hingga kampung.