Masih Ada 8 Persen Masyarakat yang Menolak Vaksin Covid-19
Menurut Julitasari faktor yang membuat adanya masyarakat yang menolak Covid-19 berbeda-beda. Mulai dari tingkat keamanan vaksin hingga kehalalan.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan, bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), dan WHO menggelar survei mengenai tingkat penerimaan masyarakat terhadap Vaksin Covid-19.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 19-30 September 2020 terhadap 115 ribu respon dari 508 Kabupaten Kota di 34 Provinsi, mayoritas masyarakat Indonesia menerima adanya vaksin Covid-19.
Baca juga: Penjelasan Ahli dan BPOM RI Tentang Perkembangan Uji Klinik Fase III Vaksin Covid-19 di Bandung
"Hasil survei kita bulatkan 64 persen memahami adanya vaksin ini. 27 persen sekian persen ragu ragu dan, 8 persen menolak adanya vaksin," kata Sekretaris Eksekutif Itagi Dr Julitasari Sundoro, MSc, MPH dalam diskusi bertajuk Survei Vaksin, Publik Yakin, Jumat, (20/11/2020).
Menurut Julitasari faktor yang membuat adanya masyarakat yang menolak Covid-19 berbeda-beda. Mulai dari tingkat keamanan vaksin hingga kehalalan vaksin.
Baca juga: BPOM : Izin Darurat Vaksin Covid-19 Harus Penuhi Standar WHO
"Aceh dan Sumbar misalnya mereka tidak mau karena takut karena kehalalan vaksin. Daerah lainnya takut adanya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)," katanya.
Oleh karena itu untuk pendekatan yang dilakukan berbeda-beda kepada mereka yang menolak adanya vaksin. Tergantung alasan atau faktor yang mempengaruhi penolakan tersebut.
Untuk mengubah masyarakat yang masih ragu-ragu Julitasari meminta bantuan media untuk terus mensosialisasikan pentingnya vaksin, juga keamanan dan kehalalannya.
"Sementara untuk yang 8 persen, yang menolak itu menjadi tugas kami," pungkasnya.