Tiadakan Dulu Hari Libur Bersama Agar Covid-19 Mereda
Mayjen TNI Dr dr Tugas Ratmono mengakui liburan bersama potensial membuat protokol kesehatan dilanggar masyarakat
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Apa yang dikatakan Mayjen TNI Tugas Ratmono, bukan sekadar asumsi. Paska libur bersama pada 28 November-1 Oktober 2020, terbukti pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran kembali melonjak.
Pada tanggal 15 November 2020, dua minggu setelah libur bersama angka hunian pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan sedang di RSDC Wisma Atlet Kemayoran meningkat menjadi 53,8 persen.
Padahal pada Oktober 2020 sempat menyentuh angka terendah 32 persen, menurun tajam dari angka tertinggi pada 27-29 September di angka 92 persen.
Baca juga: Kemensos Siap Kerahkan Tim Psikososial Bantu Penanganan Covid-19 di RS Wisma Atlet
Peningkatan infeksi Covid-19 kemudian terus terjadi. Pada 23 November 2020, pasien Covid-19 di RDC Wisma Atlet Kemayoran meningkat menjadi 72,83 persen.
“Kita harapkan tidak kembali mencapai 90 persen seperti pada September 2020. Jika melebihi itu kita akan menyiapkan tower tambahan untuk merawat pasien,” kata Mayjen Tugas Ratmono.
Letkol Laut drg. M Arifin Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet mengungkapkan banyak cluster Covid tercipa paska libur panjang 28 Oktober – 1 November lalu.
“Dari berbagai Puskesmas banyak yang lapor dan sebagian di kirim ke Wisma Atlet ini,” katanya.
Baca juga: Pemerintah Akui Kasus Covid-19 Melonjak Pasca Libur Panjang Oktober Lalu
Letkol Arifin berharap masyarakat kembali disiplin menjalankan protokol kesehatan yang terbukti sebelumnya sukses menurunkan infeksi Covid-19.
“Sebelumnya pada Oktober, angka sudah turun. Jadi kita sebenarnya bisa menurunkan angka infeksi Covid-19 jika disiplin menjalankan protokol kesehatan,” tutur Letkol M Arifin.
Dr Deddy Herman, SpP, salah seorang tenaga kesehatan RSDC Wisma Atlet Kemayoran berharap pemerintah meniadakan dulu libur bersama.
“Beberapi kali libur bersama terbukti membuat infeksi Covid-19 meningkat. Maka ke depan, libur bersama perlu ditiadakan dulu. Kita tenaga kesehatan yang sehari-hari merawat pasien, merasakan betul peningkatan itu,” kata dokter spesialis paru asal Sumatera Barat tersebut.
Dr Deddy Herman mengaku tenaga kesehatan harus berjuang ekstra keras saat jumlah pasien Covid-19 melonjak.
“Betapa sulitnya posisi kita, sebagai tenaga kesehatan yang harus mengenakan APD selama 8 jam sehari untuk merawat pasien. Kita mengunjungi pasien dari lantai 1 hingga lantai 32 setiap hari,” bebernya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.