Media Asing Soroti Program Vaksinasi Massal Indonesia yang akan Dimulai pada 13 Januari 2021
Al Jazeera melaporkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menerima suntikan pertama vaksin Covid buatan Sinovac Biotech China.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Keraguan atas vaksin itu didasarkan pada ketakutan akan keamanan dan kemanjuran vaksin hingga keyakinan agama, termasuk kekhawatiran atas kemungkinan penggunaan produk babi dalam suntikan.
Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) belum menyetujui penggunaan darurat vaksin Covid-19.
Al Jazeera menulis, BPOM tidak menanggapi permintaan komentar, meski badan tersebut sebelumnya mengatakan, pihaknya berharap otorisasi penggunaan darurat akan diberikan setelah data sementara dari uji klinis Sinovas di Indonesia, Brasil dan Turki dipelajari lebih lanjut.
Sinovac, bersama dengan produsen obat milik negara Indonesia Bio Farma, mengawasi uji klinis tahap akhir di provinsi Jawa Barat.
Hasil awal dari uji coba tahap akhir CoronaVac menunjukkan 91,25 persen efektif, sementara uju coba di Brasil mengatakan, itu lebih dari 50 persen efektif, meskipun hasil lengkap belum dirilis atas permintaan perusahaan.
Bio Farma telah mengirimkan lebih dari 760.000 dosis vaksin Sinovac ke 34 provinsi di Indonesia hingga Selasa.
Indonesia telah mendapatkan lebih dari 329 juta dosis vaksin Covid-19, terutama dari Pfizer dan mitranya BioNTech dan AstraZeneca, yang telah mengembangkan vaksin dengan Universitas Oxford.
Baca juga: Jokowi: Nanti yang Pertama Kali Disuntik Vaksin Covid-19 Saya
Baca juga: Presiden Berharap Pekan Ini atau Pekan Depan BPOM Keluarkan Izin Darurat Vaksin
Vaksinasi 181,5 Juta Orang
Budi Gunadi sebelumnya menerangkan, Indonesia harus memvaksinasi 181,5 juta orang atau sekira 67 persen dari jumlah penduduk untuk mencapai kekebalan kawanan.
Vaksin akan diberikan secara gratis di seluruh nusantara, dengan peluncuran diperkirakan memakan waktu 15 bulan.
Setelah petugas kesehatan garis depan dan pegawai negeri, program ini akan memprioritaskan orang dewasa usia kerja daripada orang tua.
Ini merupakan pendekatan yang berbeda dengan yang diadopsi oleh kebanyakan negara yang telah memulai vaksinasi, seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Beberapa ahli mengatakan strategi Indonesia dapat memperlambat penyebaran penyakit, meskipun mungkin tidak mempengaruhi tingkat kematian.
“Orang dewasa muda yang bekerja umumnya lebih aktif, lebih sosial dan lebih banyak bepergian, jadi strategi ini seharusnya mengurangi penularan komunitas lebih cepat daripada memvaksinasi orang tua,” Profesor Dale Fisher dari Universitas Nasional Singapura mengatakan kepada kantor berita Reuters.
“Tentu saja orang lanjut usia lebih berisiko terkena penyakit parah dan kematian sehingga memvaksinasi mereka memiliki alasan alternatif. Saya melihat manfaat dari kedua strategi tersebut," terangnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)