Analisis Bloomberg, Indonesia Bebas Covid-19 10 Tahun Lagi, Bisakah Terjadi? Ini Penulaian Pakar
Zubairi Djoerban memberikan pandangannya terkait analisis Bloomberg yang menyebut bahwa Indonesia harus menunggu 10 tahun lebih untuk bebas corona.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban memberikan pandangannya terkait analisis Bloomberg yang menyebut bahwa Indonesia harus menunggu 10 tahun lebih untuk dapat bebas Covid-19.
Ia menyebut, jika analisis tersebut bisa saja benar dan tentu bisa saja salah.
Zubairi mengatakan, Amerika Serikat yang notabene sebagai negara maju dan kaya sampai saat ini belum mampu bebas dari Influenza padahal vaksin influenza sudah ditemukan
Baca juga: Doni Monardo Bebas dari Gejala Covid-19 Setelah 15 Hari Jalani Isolasi, Hasil Tes PCR Masih Positif
Baca juga: Vaksinasi Lansia Dimulai Hari Ini, Kelompok Pertama Menyasar 11.600 Tenaga Kesehatan Lansia
"Analisis itu bisa keliru bisa benar. Kenapa? Amerika Serikat saja belum bebas dari influenza meski vaksinnya sudah lama ditemukan. Fakta lain, influenza memakan korban jiwa puluhan ribu orang tiap tahunnya di sana. Notabene mereka adalah negara yang disebut maju dan kaya," tulisnya seperti dikutip dari akun Twitter miliknya, Senin (8/2/2021).
Menurut Zubairi, berbicara terkait HIV/AIDS, juga menunjukan hal yang sama dimana negara maju juga belum mampu mengatasinya.
"Yang kedua, mari kita bicara penyakit HIV/AIDS. Apakah negara maju mampu mengatasinya? Tidak juga," katanya.
"Sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981, belum juga teratasi sampai sekarang. Padahal, umur penyakitnya kan sudah 40 tahun dan masih saja banyak kasusnya," lanjut Zubairi.
Sehingga, berkaca dari hal di atas jika ada analisis yang menyatakan Indonesia baru bisa mengakhiri pandemi Covid-19 setelah 10 tahun memiliki kemungkinan benar.
"Ya kalau analisis menyatakan Indonesia baru bisa bebas pandemi 10 tahun lagi, ya kemungkinan benar. Apalagi melihat fakta penyakit flu dan AIDS yang sampai sekarang belum juga teratasi," katanya lagi.
Namun, saat analisis itu mengatakan bahwa negara lain dapat lebih cepat mengatasi pandemi virus corona, pernyataan tersebut bisa salah.
"Tapi, negara-negara lain yang diprediksi lebih cepat mengatasi pandemi COVID-19 ini juga kemungkinan salah. Kenapa? Ya saya pernah bilang bahwa Covid-19 ini berpotensi menjadi endemi baru, penyakit yang hanya ada di lokasi atau populasi tertentu," papar Zubairi.
Sebelumnya, berdasarkan hitungan Bloomberg, proses vaksinasi di Indonesia masih kalah cepat dengan beberapa negara-negara lainya.
Bloomberg memprediksi, dengan tingkat vaksinasi saat ini, Indonesia baru bisa menjangkau 75 persen vaksinasi populasi dengan dua dosis vaksin dan mengakhiri pandemi sekitar 10 tahun lagi.
Indonesia tidak sendiri, dengan analisis yang serupa, India dan Rusia juga memiliki waktu estimasi sama, yakni menunggu hingga satu dekade lamanya.
Prediksi itu diambil setelah Bloomberg membangun basis data suntikan vaksinasi Covid-19 terbesar yang diberikan di seluruh dunia, dengan lebih dari 119 juta dosis diberikan di seluruh dunia.