Setahun Covid-19 Menyebar, Sejumlah Warga Wuhan Masih Marah Pada Pemerintah
Peneliti senior China di Human Rights Watch, Maya Wang mengatakan warga Wuhan masih memiliki amarah, pada apa yang dilakukan pemerintah lokal.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Bibi Chen, yang bekerja di rumah sakit dan sempat terinfeksi Covid-19, kini telah pulih kondisinya.
Ia mengatakan kepada Chen bahwa petugas medis sudah mulai mengenakan kembali alat pelindung Diri (APD) saat Covid-19 muncul lagi di China menjelang musim perjalanan Tahun Baru Imlek.
Namun Chen mengaku tidak mengkhawatirkan hal tersebut.
"Sekarang orang menyebut Wuhan adalah kota paling aman, anda tidak akan menemukan satu orang pun di jalan ini tanpa masker. Jika anda tidak memakai masker, itu seperti anda tidak mengenakan pakaian," tegas Chen.
Kendati ia mulai terbiasa dengan situasi seperti ini, orang tuanya tetap khawatir.
"Orang tua saya berusia 50-an, dan mereka belum pernah mengalami hal seperti lockdown ini sebelumnya. Mereka menggambarkannya sebagai mimpi buruk dan sering mengatakan bahwa mereka takut Wuhan akan dilockdown lagi," papar Chen.
Zhang Hai (51) mantan karyawan perusahaan real estate
Zhang Hai kehilangan ayahnya yang terinfeksi Covid-19 pada Februari lalu.
Sang ayah yang bernama Zhang Lifa adalah seorang veteran Tentara Pembebasan Rakyat yang telah menghabiskan puluhan tahun bekerja pada program senjata nuklir China.
Zhang dan ayahnya, keduanya merupakan penduduk asli Wuhan, mereka tinggal di Guangzhou saat itu dan melakukan perjalanan ke Wuhan hanya untuk melakukan operasi pada kaki lelaki tua tersebut.
Saat itu, pejabat setempat meremehkan risiko penularan dari manusia ke manusia.
Zhang mengaku bahwa jika ia dan ayahnya tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu, mereka tidak akan pergi ke Wuhan.
Zhang pun kemudian mengajukan gugatan pada Juni 2020 terhadap pemerintah lokal untuk menuntut pertanggungjawaban.
Sejak itu, ia terus menerus diganggu oleh kepolisian setempat.