Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penyandang Diabetes Perlu Dapatkan Vaksinasi Covid-19, Ini Alasannya

Ada tiga alasan yang menjadi landasan mengapa vaksinasi wajib diberikan kepada kelompok penyandang diabetes.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Penyandang Diabetes Perlu Dapatkan Vaksinasi Covid-19, Ini Alasannya
Shutterstock
Tips kesehatan untuk meminimalisasi risiko komplikasi virus Corona adalah dengan menjaga kadar gula dalam darah tetap normal. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program vaksinasi virus corona (Covid-19) yang dilakukan pemerintah diharapkan bisa menyasar seluruh lapisan masyarakat, mulai dari kalangan tenaga kesehatan (nakes) hingga kelompok lanjut usia (lansia).

Lalu bagaimana dengan mereka yang berada dalam kelompok penderita penyakit penyerta (komorbid) termasuk penyandang diabetes ?

Saat ini penyandang diabetes (diabetesi) yang terinfeksi virus ini mencapai angka 35 persen dari total jumlah pasien Covid-19 yang ada di Indonesia.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa diabetesi ini perlu divaksinasi.

Baca juga: Penderita Diabetes Boleh Ikut Vaksinasi Covid-19, Tapi Ada Ketentaunnya, Simak Penjelasan Dokter

Baca juga: Penyintas, Ibu Menyusui, Penderita Diabetes dan Hipertensi Boleh Divaksin Covid-19

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Metabolik Endokrin dari Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD pun menyebutkan tiga alasan yang menjadi landasan mengapa vaksinasi wajib diberikan kepada kelompok ini.

Ia menjelaskan bahwa penurunan sistem imun pada para diabetesi ini membuat mereka masuk dalam kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19.

BERITA REKOMENDASI

"Pertama, pasien diabetes merupakan kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19, karena mengalami penurunan sistem imun," ujar Em Yunir, dalam Webinar bertajuk 'Vaksin Covid-19 dan Diabetesi' bersama aplikasi Teman Diabetes, Sabtu (20/2/2021) sore.

Petugas kesehatan bersiap sebelum menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang. Tribunnews/Herudin
Petugas kesehatan bersiap sebelum menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2021). Vaksinasi Covid-19 tahap kedua yang diberikan untuk pekerja publik dan lansia itu dimulai dari pedagang Pasar Tanah Abang. Tribunnews/Herudin (Tribunnews/Herudin)

Kemudian para diabetesi ini juga harus menghadapi risiko munculnya berbagai infeksi lainnya.

Ini tentunya dapat memperburuk kondisi penyakit mereka.

"Yang kedua, karena mereka mudah mengalami berbagai macam infeksi yang dapat memperparah kondisi penyakit diabetes," jelas Em Yunir.

Tidak hanya itu, Sekjen Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) ini menambahkan, program vaksinasi diharapkan dapat menekan angka sakit maupun kematian diabetesi yang disebabkan Covid-19.


"Dan alasan ketiga adalah vaksin dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pasien Diabetes Melitus dengan Covid-19," kata Em Yunir.

Oleh karena itu, para dokter Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pun
merekomendasikan agar para diabetesi yang menerima vaksin Covid-19 adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan HbA1c <7,5 persen.

Em Yunir menegaskan bahwa sebelum mendapatkan vaksinasi, penyandang diabetes ini tentunya harus mempersiapkan diri terlebih dahulu.

Penting bagi mereka untuk mengetahui seperti apa kondisi diabetes yang dideritanya, apakah dalam kondisi
akut atau terkontrol dengan obat-obatan.

Ia kemudian menekankan bahwa sebelum divaksinasi pun, tenaga kesehatan harus mengetahui rekam medis mereka.

Ini merupakan prosedur awal yang dilakukan kepada masyarakat yang akan divaksinasi Covid-19.

"Karena itu, dalam pendaftaran vaksin, biasanya sudah ada rekam medis secara otomatis," papar Em Yunir.

Sehingga jika penyandang diabetes ini akan menjalani program vaksin di fasilitas kesehatan (faskes) seperti Puskesmas maupun rumah sakit, gula darah mereka pun akan kembali diperiksa.

"Kalau gula darah tinggi, biasanya 300 sampai 400 mg/dl, biasanya vaksin akan ditunda. Tetapi jika gula darah terkontrol
misalnya 150-200 mg/dl dan itu diupayakan dengan obat-obatan pengendali gula darah, bisa
mendapatkan vaksin Covid-19," tegas Em Yunir.

Sementara itu, ia menyebut ada beberapa gejala yang menjadi catatan penting lainnya dan harus diperhatikan terkait kondisi diabetesi yang akan divaksinasi.

"Apabila ada gejala lain seperti demam atau diare, penyandang diabetes juga tidak boleh mendapatkan vaksin," papar Em yunir.

Perlu diketahui, sebelum divaksinasi, penting bagi para penyandang diabetes untuk memperhatikan kondisi gula darah mereka.

Hal itu karena kondisi gula darah mereka tentunya akan sangat mempengaruhi respons imun.

Semakin baik hasil gula darahnya, maka respons imun diabetesi pun akan lebih baik jika dibandingkan diabetesi yang tidak terkontrol gula darahnya.

Terkait respons imun diabetesi terhadap vaksin ini, ia menegaskan bahwa kontrol Diabetes Melitus yang buruk, di mana kadar gula darah tidak terkontrol atau penggunaan insulin dalam jangka waktu lama, dapat mempengaruhi penurunan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi.

Kontrol Gula Darah Secara Mandiri

Aplikasi Teman Diabetes
Aplikasi Teman Diabetes (istimewa)

Sementara itu Product Manager Aplikasi Teman Diabetes PT Global Urban Esensial, Fredi Indra Jaya Daeli mengatakan bahwa dalam proses ini, aplikasi 'Teman Diabetes' tentunya memiliki peranan penting untuk membantu mengontrol gula darah penyandang diabetes.

"Melalui aplikasi Teman Diabetes, diabetesi dapat memantau gula darah secara mandiri, di mana pasien
dapat melakukan input data gula darah harian, data makanan, dan obat yang dikonsumsi ke dalam aplikasi
Teman Diabetes untuk kemudian didiskusikan dengan dokter dari pasien masing-masing," jelas Fredi.

Di dalam aplikasi yang dapat diunduh melalui Play Store dan Apple Store ini, tersedia pula layanan yang memudahkan pasien untuk melakukan konsultasi dengan edukator diabetes.

Pasien tentunya tidak akan mengalami kesulitan dalam berkonsultasi terkait kondisi diabetes yang mereka alami.

Mereka bisa berkonsultasi mengenai Hypoglikemia, Hyperglikemia, hingga konsultasi lainnya terkait diabetes.

Menariknya, aplikasi 'Teman Diabetes' juga terintegrasi dengan alat cek gula darah (glucometer) yang terkoneksi dengan Bluetooth.

Sehingga data gula darah mereka dapat ditransfer secara langsung ke aplikasi Teman Diabetes setelah melakukan tes gula darah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas