Pakar Ungkap Studi Terbaru Mutasi B117, Berisiko Lebih Fatal Jika Terinfeksi
Ketua Satgas Covid-19 dari IDI Zubairi Djoerban membagikan kabar terkait penelitian terbaru terkait mutasi corona B.1.1.7.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban membagikan kabar terkait penelitian terbaru terkait mutasi corona B.1.1.7 yang awalnya dinamakan VOC N501Y.V1 ini.
Ia menyebut, varian itu membuat orang yang terinfeksi menjadi lebih fatal.
Hal itu ditulisnya dalam akun media sosialnya, Minggu (21/3/2021).
Baca juga: Kondisi Terkini Warga Bogor yang Terinfeksi Mutasi Corona B117, Jubir Kemenkes Sebut Sehat
Baca juga: Muncul Virus Corona B117, Kenali Istilah Mutasi, Varian, dan Strain Virus
"Studi terbaru menyatakan orang yang terinfeksi varian ini didapati 64% lebih mungkin meninggal ketimbang orang yang terinfeksi dengan varian yang beredar sebelumnya," tulis Prof Zubairi.
Guru besar Universitas Indonisa ini melanjutkan, kemunculan varian ini bersamaan dengan tingginya okupansi di rumah sakit-rumah sakit dan diketahui meningkatkan angka kematian.
Meski demikian, vaksin Pfizer terbukti efektif menangkal varian asal Inggris ini
"Kabar baiknya, vaksinasi di Inggris--yang memakai Pfizer terbukti efektif menangkal varian B.1.1.7. ini. Alhamdulillah," terang dia.
Zubairi mengatakan bahwa studi sebelumnya menyatakan B.1.1.7 ini lebih mudah menular tapi tidak mematikan dan telah tersebar ke hampir 100 negara.
"Semoga studi terbaru yang dimuat di British Medical Journal (Jurnal Kedokteran Britania) ini jadi perhatian kita semua," harap Prof.Zubairi.