Vaksin Nusantara Jadi Polemik, Vaksin Merah Putih Siap Produksi Masal, Apa Beda Keduanya?
Dua vaksin yang dikembangkan di dalam negeri mendapatkan reaksi berbeda. Jika vaksin nusantara jadi polemik, vaksin merah putih siap produksi masal.
Penulis: Anita K Wardhani
Enam lembaga tersebut mengembangkan vaksin Covid-19 dengan metode yang berbeda.
Eijkman mengembangkan dengan platform protein rekombinan, UI dengan platform DNA, MRNA, dan virus-like particle.
Sementara Universitas Airlangga adenovirus, ITB juga adenovirus, sementara Universitas Gajah Mada menggunakan protein rekombinan dan LIPI juga dengan protein rekombinan.
Beda Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara
Lantas, apa bedanya vaksin merah putih dan vaksin nusantara?
Berikut hal-hal yang perlu diketahui dalam pengembangan vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber :
Metode dan Teknologi Vaksin Merah Putih dari 6 Kandidat
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang bukan merujuk hanya satu vaksin saja. Melainkan sekelompok kandidat vaksin yang dikembangkan dari berbagai lembaga.
Saat ini vaksin Merah Putih dikembangkan oleh enam lembaga dalam negeri, yakni LBM Eijkman, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.
Enam lembaga tersebut mengembangkan vaksin Covid-19 dengan metode yang berbeda.
Eijkman mengembangkan dengan platform protein rekombinan. UI dengan platform DNA, MRNA, dan virus-like particle.
Kemudian Universitas Airlangga adenovirus, ITB juga adenovirus, Universitas Gajah Mada menggunakan protein rekombinan, serta LIPI juga dengan protein rekombinan.
- Vaksin Nusantara Berbasis Sel Dendritik
Dijelaskan Terawan dalam wawancara bersama Kompas TV beberapa waktu lalu, vaksin Nusantara merupakan solusi yang ditawarkan bagi pasien komorbid atau penyakit penyerta.
Vaksin ini berbasis sel dendritik.
Sama seperti terapi pada pasien kanker, maka sel dendritik dari pasien kanker akan dikenalkan dengan antigen kanker.
Hasilnya, jika sel dendritik aktif maka akan menemukan dan memusnahkan sel kanker tersebut.
"Vaksin berbasis dendritik Cell ini intinya adalah dari setiap kita punya dendritik Cell tinggal dikenalkan pada antigen Covid-19 sehingga akan menjadi punya memori terhadap Covid- 11 prosesnya begitu simpel," jelas Terawan.
Sel dentritic ini disesuaikan dengan kondisi pasien.
Artinya, memungkinkan cocok diberikan kepada penderita komorbid yang tidak bisa menerima vaksin biasa.
"Menjadi vaksin individual dan disuntikkan secara subkutan ke dalam tubuh pasien penerima vaksin dan akan memberikan kekebalan terhadap covid 19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler (imun yang bukan berasal dari antibodil tentunya akan bertahan lama," jelas dia.
Vaksin ini yang dikembangkan oleh peneliti di RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang kerja sama Kementerian Kesehatan dengan AIVITA Biomedical.
Mantan Menteri Kesehatan Prof. Siti Fadilah Supari menyebut ide dokter Terawan Agus Putranto mengembangkan vaksin Nusantara dengan metode dentitrik autolog yang dipaparkan dengan antigen protein S dari Covid-19 bukanlah ide yang datang tiba-tiba.
"Menurut saya tidak jatuh dari langit dia (Terawan) tiba-tiba punya ide itu (kembangkan vaksin Nusantara dengan metode dentitrik)," ujar Siti Fadilah kepada Tribunnews.com.
Menkes era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengungkapkan, dokter Terawan telah bertahun-tahun mempelajari tentang sel dentitrik.
Hanya saja, penelitian yang dilakukan Terawan selama ini berfokus pada upaya penyembuhan pasien kanker maupun diabetes.
"Soal sel dentitrik, itu dia sudah bertahun-tahun bergelut dengan dentitric cell itu di pojokkan RSPAD. Di situ memang ada ruangan yang khusus untuk itu," kata dia.
"Waktu sedang kontrol di RSPAD, saya ditunjukkan laboratorium dia. Pernah dia ceritakan panjang lebar tentang sel dentitrik ini. Tapi bukan untuk vaksin, untuk orang-orang kanker atau diabetes yang sudah parah," sambung Siti Fadilah.
Saat ini, Terawan berusaha menggunakan metode dentitrik autolog untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Menurut Siti Fadilah ini merupakan inovasi penggunaan sel dentitrik yang coba dilakukan oleh Terawan.
"Kalau ini biasanya untuk kanker, kemudian dia punya inovasi, barangkali bisa untuk Covid-19. Dia punya pendapat begitu ya kita tidak tahu" ujar Siti.
(Tribunnews.com/Rina Ayu/Chaerul Umam/Lusius Genik/Anita K Wardhani)