Ada Virus Baru di Inggris Mirip Covid-19, Sumbernya dari Kelelawar
Virus yang kemudian diberi nama RhGB01 tersebut ditemukan sang mahasiswa bernama Ivana Murphy setelah ia dalam disertasinya
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah jenis virus baru ditemukan oleh seorang mahasiswa jurusan ekologi di Inggris.
Virus tersebut disebut mirip dengan SARS Cov-2 atau covid-19.
Sumbernya pun juga sama-sama berasal dari kelelawar.
Virus yang kemudian diberi nama RhGB01 tersebut ditemukan sang mahasiswa bernama Ivana Murphy setelah ia dalam disertasinya meneliti kotoran kelelawar.
Baca juga: Doni Monardo : Sebanyak Apapun Tempat Tidur RS Tak akan Cukup Bila Terjadi Lonjakan Kasus Covid-19
Namun ia memastikan virus baru mirip corona tersebut tidak berbahaya.
"Receptor blinding domain, bagian dari virus yang menempel pada sel inang untuk menginfeksi seseorang tidak kompatibel dengan kemampuan untuk menginfeksi sel manusia,"ujar Ivana seperti dikutip New York Post, Senin(26/4/2021).
Namun, studi tersebut mengungkap adanya kekhawatiran virus covid-19 bisa menular ke kelelawar dan memunculkan virus jenis baru lagi.
"Mencegah penularan SARS Cov-2 sangat penting untuk dilakukan terutama dengan kampanye vaksinasi massal global,"kata Ivana.
Baca juga: Tidak Mudik akan Selamatkan Keluarga dari Covid-19
Ivana juga khawatir adanya temuan virus baru tersebut bisa memunculkan kebencian kepada hewan liar seperti kelelawar.
Ia takut bakal ada serangan besar-besaran terhadap habitat kelelawar.
"Saya khawatir orang akan tiba-tiba takut dan menganiaya kelelawar. Seperti halnya hewan liar kelelawar jika dibiarkan tidak memunculkan hal apapun," kata dia.
Baca juga: Mengapa Covid-19 di India Ekstrem? Ini Catatan Dokter Universitas Bradford Inggris
Seorang profesor Universita East Anglia, Diana Bell juga mewanti wanti kepada para peneliti kelelawar atau mereka yang bersentuhan dengan kotoran kelelawar agar mengenakan pelindung diri untuk mengurangi risiko mutasi virus.
"Siapa pun yang bersentuhan dengan kelelawar atau kotorannya. Atau para penjelajah gua harus mengenakan pelindung diri,"kata dia.(Willy Widianto/New York Post)