Dapat Izin Penggunaan Darurat dari BPOM, Vaksin Sinopharm Digunakan Untuk Vaksinasi Gotong Royong
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) terhadap Vaksin Sinopharm.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menerbitkan Emergency Use Authorization (EUA) terhadap Vaksin Sinopharm.
Vaksin produksi Beijing Bio Institute Biological Product ini berdasarkan hasil uji klinik fase III memiliki efikasi 78 persen dengan efek samping kategori ringan.
"Studi klinik fase tiga yang telah dilakukan Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain dengan subyek 42 ribu orang menunjukkan efikasi vaksin sebesar 78 persen," ujar Kepala BPOM RI Penny K Lukito dalam acara Konferensi Pers terkait Penerbitan EUA Vaksin Sinopharm yang disiarkan secara virtual, Jumat (30/4/2021).
Baca juga: Ilmuwan India Desak PM Modi Rilis Data Asli Jumlah Kasus Positif dan Kematian Akibat Covid-19
Sebelumnya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, pada awal April lalu, vaksinasi Gotong Royong di Indonesia akan menggunakan tiga jenis vaksin yaitu vaksin Sinopharm dari China, Sputnik V dari Rusia, dan CanSino dari China.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan saat itu vaksin Sinopharm akan dikirim ke Indonesia sebanyak 500 ribu dosis vaksin pada minggu keempat bulan April 2021.
Sebagai realisasi Jumat siang ini, Indonesia kembali kedatangan vaksin Covid-19 tahap kesepuluh di Bandara Soekarno-Hatta.
Baca juga: Kominfo Temukan 177 Hoax Terkait Vaksin Covid-19
Indonesia menerima 6 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku atau bulk yang berasal dari Sinovac dan 482.400 dosis vaksin dalam bentuk jadi Sinopharm.
Miliki Efek Samping Ringan
Dari hasil evaluasi keamanan dan mutu yang dilakukan BPOM secara menyeluruh kejadian efek samping lokal yang sering dilaporkan adalah bengkak, rasa sakit, kemerahan.
Sementara untuk efek samping lokal yang berat atau grade 3 sangat jarang dilaporkan.
Untuk efek samping sistemik yang dilaporkan adalah sakit kepala, nyeri otot diare dan batuk.