Anhui Akan Kirim 10-20 juta Dosis Vaksin ke Indonesia, Epidemiolog Sebut Kelebihan dan Kekurangannya
10-20 juta dosis vaksin yang akan dikirim ke Indonesia Juni-Juli 2021. Vaksin ini produsen vaksin Covid-19 asal China, Anhui Zhifei Longcom Pharmaceut
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Setidaknya akan ada 10-20 juta dosis vaksin yang akan dikirim ke Indonesia pada Juni-Juli 2021. Vaksin tersebut adalah produsen vaksin Covid-19 asal China, Anhui Zhifei Longcom Pharmaceutical.
"Jika EUA vaksin Anhui Zhifei dikeluarkan sekitar Mei-Juni oleh Indonesia, maka Anhui Zhifei menyatakan siap untuk mengirimkan vaksin sebanyak 10-20 juta dosis pada Juni-Juli," demikian pernyataan tertulis KBRI Beijing, dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri, Rabu (28/4/2021).
Menanggapi kabar tersebut, ahli epidemiologi dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman mengungkapkan jika situasi pandemi saat ini yang trendnya semakin memburuk. Baik secara global maupun nasional.
Oleh karena itu, ketersediaan vaksin dan jaminan vaksin amatlah penting.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Indonesia Rawan Alami Ledakan Kasus Covid-19 Serupa India
Baca juga: Kunjungi RS Immanuel Bandung, Kepala BPOM Apresiasi Uji Klinis Fase Ketiga Vaksin Longcom Anhui
Baca juga: Guru di Sukabumi Lumpuh Usai Divaksin, Audit Komnas KIPI : Belum Cukup Bukti Terkait Vaksin Covid-19
Menurut Dicky, ada satu hal yang dialami dunia dan indonesia yaitu keterbatasan vaksin yang tidak cukup hanya satu jenis.
Keterbatasan vaksin memang dikarenakan produksi dan kebutuhan yang cukup besar.
Memaksimalkan keberadaan vaksin menjadi sangat penting. Di sisi lain, penambahan stok vaksin menambah tentu tidak bisa mengabaikan sisi keamanan, efikasi dan juga kehalalannya.
![Epidemiolog Univ Griffith Australia, Dicky Budiman, menanggapi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia yang terjadi Jumat (28/8/2020) ini.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/epidemiolog-dicky-budiman.jpg)
Menurut Dicky, adanya negoisasi terkait vaksin dari Anhui membuat potensi tercukupi kebutuhan vaksin menjadi besar.
Vaksin yang diproduksi Anhui memiliki beberapa potensi kearah yang lebih baik namun juga memiliki kekurangan.
Terkait potensi yang dimiliki oleh vaksin ini, menurut Dicky serupa dengan Novavax. Dimana menggunakan teknologi yang serupa yaitu protein subunit.
Vaksin Novavax sendiri pada pengujian fase tiga di Inggris telah menunjukkan adanya efikasi sebesar 89%. Angka tersebut terhitung cukup tinggi.
Selain itu, keuntungan dari vaksin yang diproduksi oleh Anhui ini relatif mudah diproduksi dan relatif makan waktu pendek.
Di sisi lain, menurutnya performa perlindungan jauh lebih baik dibandingkan vaksin yang dimatikan.
Terkait penyimpanan juga lebih mudah karena bisa diletakkan di kulkas biasa. Selain itu ada potensi baik yang bisa didapat dari vaksin ini
"Efektif terhadap E484K mutasi yang terjadi di Afrika Selatan. Varian juga ditemukan banyak di tempat. Walaupunada penurunan tetap 1,6% efikasinya oleh mutasi E484K ini. sama dengan varian India kurang lebih sama," katanya pada Tribunnews, Sabtu (1/4/2021)
Tapi walau terlihat menjanjikan, tetap harus menunggu uji klinis dari fase ketiga yang belum selesai.
Di sisi lain, selain ada sedikit perbedaan dengan vaksin lain yang bisa disebut sebagai kekurangan. Yaitu vaksin harus tiga dosis.
"Selain masih tetap harus menunggu fase ketiga, tentu ini yang membuat kita harus tetap taat prosedur pemberian penetapan satu jenis vaksin sebagai program maksimal. Jangan tetapkan sebelum fase tiganya keluar," katanya lagi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.