Serum Institute of India Berencana Memulai Produksi Vaksin di Luar India
Serum Institute of India (SII) yang memproduksi vaksin AstraZeneca yang diberi nama 'Covishield' berencana memulai produksi di negara di luar India.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Serum Institute of India (SII) yang memproduksi vaksin virus corona (Covid-19) AstraZeneca yang diberi nama 'Covishield' berencana memulai produksi vaksin ini di negara lain.
CEO SII Adar Poonawalla mengatakan bahwa pihaknya berencana melakukan hal itu karena mereka tengah berjuang untuk memenuhi komitmen dalam memenuhi pasokan global.
Baca juga: WNI Ungkap Kondisi di India, Kasusnya Meledak Usai Pemerintah Tes Deteksi Corona 1,9 Juta Sehari
Baca juga: Krisis Alat Medis, Para Ahli Peringatkan Warga India Soal Bahaya Membuat Oksigen di Rumah
"Akan ada pengumuman dalam beberapa hari ke depan," kata Poonawalla.
Sebelumnya, Poonawalla menyampaikan pada pekan lalu bahwa SII diprediksi dapat meningkatkan produksi bulanannya menjadi 100 juta dosis pada Juli mendatang, lebih lambat dari jadwal sebelumnya yang ditargetkan rampung pada akhir Mei ini.
Ia pun berharap, pihaknya dapat meningkatkan kapasitas produksi dari 2,5 miliar menjadi 3 miliar dosis setahun dalam waktu enam bulan ini.
Dikutip dari laman Reuters, Sabtu (1/5/2021), kasus positif dan kematian akibat Covid-19 telah melonjak di India saat negara terpadat kedua di dunia ini melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru setiap harinya selama sembilan hari berturut-turut.
Angka ini bahkan telah mencapai rekor global lainnya, yakni sebesar 386.452 yang tercatat pada hari Jumat lalu.
Lonjakan tersebut telah menyebabkan krisis kesehatan masyarakat dan memaksa pemerintah untuk mencari oksigen, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya dari luar negeri.
Menurut para ilmuwan yang memberikan masukan kepada pemerintah India, kasus Covid-19 di negara itu diprediksi dapat mencapai puncaknya antara 3 hingga 5 Mei 2021.
Beberapa ahli kesehatan mengatakan bahwa lonjakan kasus positif dipicu sikap India yang 'berpuas diri' saat kasus baru yang tercatat sebelumnya berjalan sekitar 10.000 per hari dan dianggap terkendali.
Saat itu, pihak berwenang kemudian mencabut pembatasan dan memungkinkan dimulainya kembali festival besar dan kampanye politik.
Langkah ini yang akhirnya menyebabkan terjadinya lonjakan kasus baru pada gelombang infeksi kedua Covid-19 di India.