Israel Bantu India Perangi Gelombang Kedua Covid-19, Akan Kirim Tim Ahli
Israel mengatakan akan mengirimkan tim ahli ke India untuk membantu negara itu dalam memerangi gelombang kedua virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Israel mengatakan akan mengirimkan tim ahli ke India untuk membantu negara itu dalam memerangi gelombang kedua virus corona (Covid-19).
Seperti yang disampaikan Duta Besar Israel untuk India Ron Malka pada hari Minggu kemarin.
"Kami akan mengirim tim ahli ke India. Kami akan mengirim tim untuk pengujian cepat dan tim untuk mengembangkan konsentrator oksigen yang sangat mudah diproduksi. India memiliki kemampuan manufaktur yang luar biasa. kemampuan," kata Ron.
Dikutip dari laman First Post, Senin (10/5/2021), ia pun memuji pemerintah India yang sebelumnya telah membantu Israel pada masa awal pandemi.
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 9 Mei 2021: Tambah 3.922 Kasus, Total 1.713.684 Positif
Baca juga: India Rekrut Pensiunan Tenaga Medis Tentara Saat Lonjakan Kasus Covid-19
Hubungan persahabatan kedua negara pun, kata dia, selama ini terjalin sangat erat.
"Kami tidak akan pernah melupakan bantuan luar biasa yang kami dapatkan dari India pada awal pandemi ini. India dan Israel berbagi nilai-nilai persahabatan yang kuat. Kami berbagi praktik, keahlian, kekayaan intelektual, apapun yang kami bisa, ini adalah waktu yang tepat untuk menyelamatkan hidup," tegas Ron.
Sebelumnya, kasus infeksi virus corona (Covid-19) di India kembali mencapai rekor harian suram pada Kamis waktu setempat, karena permintaan oksigen medis melonjak tujuh kali lipat.
Pemerintah negara itu pun membantah laporan bahwa mereka lamban dalam mendistribusikan pasokan oksigen dari luar negeri.
Jumlah kasus baru yang dikonfirmasi pada Kamis waktu setempat, menembus angka 400.000 untuk kali kedua sejak gelombang infeksi kedua ini dimulai pada bulan lalu.
Sebanyak 412.262 kasus mendorong total kasus positif di India hingga saat ini menjadi lebih dari 21 juta.
Kementerian Kesehatan negara itu juga melaporkan 3.980 kematian dalam 24 jam terakhir, sehingga total jumlah kematian mencapai 230.168.
Para ahli meyakini kedua angka itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
Karena banyak kasus positif dan angka kematian yang tidak tercatat.