Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mudik Lebaran Saat Pandemi Dilarang, Mengapa? Dokter Berikan Alasan Medis

Mengapa pemerintah memberlakukan peraturan larangan mudik? Dokter memberikan alasan medis.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Mudik Lebaran Saat Pandemi Dilarang, Mengapa? Dokter Berikan Alasan Medis
Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas melakukan penyekatan arus mudik di Gerbang Tol Pejagan, di ruas Tol Pejagan-Pemalang, Brebes, Jawa Tengah, Jumat (7/5/2021) malam. Pada hari kedua pemberlakuan larangan mudik Lebaran, petugas gabungan melakukan penjagaan di sejumlah titik yang menjadi penghubung Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tribunnews/Irwan Rismawan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Larangan mudik telah ditetapkan oleh pemerintah. Aturan tersebut dimulai sejak 6 Mei - 17 Mei 2021.

Beberapa bus dilarang untuk beroperasi, dan penjagaan diupayakan agar tidak ada yang melintasi perbatasan antar provinsi.

Lantas kenapa pemerintah memberlakukan peraturan larangan mudik? Dokter memberikan alasan medis.

Baca juga: Cegah Pemudik Terobos di Kedungwaringin, Polda Metro Tambah Personel dan Pos Penyekatan

Baca juga: Pemerintah Klaim Larangan Mudik Lebaran 2021 Diterima Baik oleh Masyarakat

Menurut dr Temmasonge Radi Pakki Sp. P, MMRS libur rentan meningkatkan risiko terjadinya peningkatan angka infeksi Covid-19.

Dan hal ini sudah terbukti secara data pada libur panjang beberapa waktu lalu.

Selain itu libur dan mudik punya image berkumpul.

Berita Rekomendasi

Padahal salah satu yang membuat virus dapat bertransmisi dari satu yang lain adalah lewat kerumunan.

"Libur itu memiliki image berkumpul bersama. Aktivitas berkumpul membuat kita lengah dan menurunkan kewaspadaan, menggampangkan terjadinya penularan. Proses transmisi tetap ada di sekitar kita," katanya dalam live streaming, Senin (10/4/2021).

Petugas gabungan melakukan penyekatan pemudik di Pos Gamon, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (8/5/2021) malam. Dalam penyekatan pemudik yang mayoritas pengendara roda dua tersebut, pemudik diarahkan untuk memutar balik menuju Jakarta, namun banyak pemudik yang menerobos penyekatan ini. Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas gabungan melakukan penyekatan pemudik di Pos Gamon, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (8/5/2021) malam. Dalam penyekatan pemudik yang mayoritas pengendara roda dua tersebut, pemudik diarahkan untuk memutar balik menuju Jakarta, namun banyak pemudik yang menerobos penyekatan ini. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Ia mengatakan jika situasi pandemi telah dilewati selama satu tahun lebih, sehingga jangan sampai terulang kembali kasus infeksi yang tinggi.

dr Radi mengatakan jika kumpul bisa menyebabkan klaster.

Sedangkan klaster meningkatkan angka orang yang terinfeksi. Dari sana, dapat menimbulkan gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda.

Gejala berat yang ditimbulkan bukan tidak mungkin meningkatkan kembali angka kematian.

Saat mudik, Indonesia juga masih memegang erat pada kontak fisik. Misalnya berpelukan, cium pipi hingga salaman.

Apa lagi saat berkumpul bersama keluarga. Tidak ada yang tahu jika virus mungkin ikut terbawa dalam perjalanan mudik.

"Tidak boleh manja, kuat dan saling mengingatkan, ini yang menjaga kita. Hal ini harus disikapi secara bersama. Mudik nomor dua, kesehatan nomor satu," katanya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas