Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Satgas Covid-19 Ingatkan Temuan Klaster Baru Harus Diikuti Penyelidikan Epidemiologi

Klaster baru ini akibat dari adanya pelaku perjalanan mudik, ibadah tarawih, maupun kegiatan halal bihalal. 

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Satgas Covid-19 Ingatkan Temuan Klaster Baru Harus Diikuti Penyelidikan Epidemiologi
TRIBUNNEWS/Jeprima
Suasana pemukiman warga yang sedang menjalankan karantina wilayah di kawasan Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (25/5/2021). Kini sebanyak 104 warga di daerah tersebut terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan tes usap massal terhadap 686 warga. Klaster penyebaran Covid-19 ini muncul pasca lebaran yakni 13-14 Mei 2021. Warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani karantina mikro seluruh fasilitas umum, seperti masjid dan mushala, ditutup. Warga dilarang meninggalkan rumah, kecuali untuk kepentingan darurat. Kebutuhan makan warga akan tetap dilayani dua kali sehari oleh tim bantuan di posko darurat di Jalan Assyafiyah selama karantina mikro. Beragam bantuan, seperti sembako dan alat kesehatan, terus berdatangan, baik dari swadaya masyarakat sekitar, dari kelurahan lain, bantuan pribadi, perusahaan swasta, maupun kepolisian-TNI dan dinas sosial. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah berlalunya bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri, Satgas Penanganan Covid-19 menerima laporan terbentuknya klaster baru penularan di masyarakat. 

Klaster baru ini akibat dari adanya pelaku perjalanan mudik, ibadah tarawih, maupun kegiatan halal bihalal. 

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito meminta temuan klaster baru ini diikuti dengan penyelidikan epidemiologi di seluruh daerah.

Dan pos komando desa/kelurahan memegang peranan penting dalam mengoptimalisasinya.

"Saya ingin kembali mengingatkan kepada seluruh daerah untuk melakukan penyelidikan epidemiologi yang lebih optimal," kata Wiku saat memberi keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19, pada Jumat (28/5/2021). 

Penyelidikan epidemiologi adalah kumpulan upaya untuk mengetahui gambaran gejala serta penyakit penyerta dan aspek kependudukan dari kasus positif Covid-19

Seperti sebaran tempat atau sumber penularan, jenis kelamin, maupun usia. 

Berita Rekomendasi

Tujuannya untuk mencegah perluasan penularan dengan manajemen lanjutan yang tepat berdasarkan hasil dari pelacakan kontak. 

Untuk penyelidikan epidemiologi yang optimal, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, khususnya dalam pelacakan kontak. Posko memiliki peranan penting melakukan optimalisasi. 

Pertama, identifikasi kasus positif. Dapat diketahui dari data kesehatan puskesmas setempat ataupun dari ketua RT/RW di lingkungan. 

Tahapan ini, diperlukan keterbukaan dari masyarakat saat wawancara mendalam terkait riwayat aktivitasnya. 

Masyarakat juga diminta tidak menganggap Covid-19 adalah aib, namun masalah yang harus diselesaikan bersama agar tidak bertambah korban jiwa.  

Kedua, pelacakan kontak. Hal ini dilakukan setelah kasus positif ditemukan. Unsur posko setempat mengidentifikasi kontak melalui wawancara mendalam dengan warga yang terpapar. 

Baca juga: Usai Libur Lebaran, Klaster Mulai Bermunculan, Jumlah Pasien Covid-19 di DKI Tembus 10.000 Orang

Gunanya, mengetahui riwayat kontak fisiknya, baik bersentuhan atau berdekatan dengan orang yang positif atau pernah merawatnya. Selanjutnya, Tim tracing dapat menilai kontak erat dan setiap orang dalam daftar kontak erat dihubungi dan dicatat dalam data surveilans. 

Ketiga, melakukan tindak lanjut  dan manajemen kasus. Yaitu dengan mewajibkan seluruh kontak erat melakukan karantina di fasilitas karantina yang disediakan oleh posko desa/kelurahan. 

Dan pada hari ke-14 akan dilakukan manajemen kasus sesuai kondisi setiap kontak erat. Bagi yang tanpa gejala, maka dapat melanjutkan aktivitas. Jika gejala ringan, maka dilakukan testing dan isolasi di fasilitas kesehatan terdekat. Untuk gejala sedang dan berat harus testing dan dirujuk untuk isolasi dan dirawat intensif. 

Dalam mendukung penyelidikan epidemiologis di setiap daerah, pemerintah telah menyediakan alternatif yang sesuai kondisi dan kemampuan daerah masing-masing. Misalnya, mensubstitusi PCR test dengan metode testing yang lebih efisien seperti rapid test antigen.

"Khusus rapid test ini, kabar baiknya Indonesia sudah melebihi standar WHO yakni 132,08 persen meningkat dari 75,37 persen di minggu sebelumnya," imbuh Wiku.

Saat ini juga, dari 18.638 posko atau 55,2 persen diantaranya masih belum memiliki fasilitas karantina terpusat. 

Namun, Satgas di pusat meminta posko menyesuaikan kondisi di lapangan dalam upaya penanganan. Misalkan, memilih opsi karantina mandiri di rumah masing-masing dengan catatatn , rumah karantina sudah lulus kelayakan dan dipantau berkala. 

Untuk itu, bagi posko di daerah yang memiliki kendala dapat melaporkan ke jajaran pemerintah di atasnya, yaitu jajaran di tingkat kecamatan ataupun pemerintah kabupaten/kota sebagai supervisor posko. Pelaporan ini secara berjenjang akan diterima oleh pemerintah pusat. 

"Dan pemerintah pusat berkomitmen akan mencari solusi dari permasalahan yang ada secara berimbang," pungkas Wiku. 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas