BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 18 Juni 2021: Tambah 12.990 Kasus, Total 1.963.266 Positif
Jumlah kasus terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19) di Indonesia bertambah 12.990 pasien pada Jumat (18/6/2021).
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Politikus muda PDI Perjuangan itu juga menyoroti fakta di lapangan, di mana tanda-tanda faskes kolaps semakin nyata di depan mata.
Charles merujuk kepada antrean pasien mengular masuk RS, ada pula yang ditolak karena RS penuh, bahkan ada yang meninggal dunia dalam perjalanan karena tidak kunjung mendapat RS rujukan.
Baca juga: Covid-19 Melonjak, Perhimpunan Dokter Spesialis Khawatir Sistem Kesehatan Indonesia Kolaps
Di sisi lain, lanjutnya, para tenaga kesehatan keteteran karena lonjakan pasien yang tak terhingga tiap harinya.
"Melihat data dan fakta tersebut, PPKM Mikro yang diberlakukan sekarang jelas tidak cukup merespons kedaruratan penularan Covid-19 saat ini. Apalagi dengan jumlah tes dan lacak yang minim di beberapa daerah, PPKM Mikro menjadi tidak efektif. Apalah arti zonasi warna, jika tes dan lacak minim?" tegas Charles.
Charles pun meminta semua pihak menelaah seperti di DKI Jakarta yang jumlah tes dan lacaknya terbilang tinggi dibanding daerah lain, ternyata kesenjangan antara jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 dengan jumlah yang dilaporkan sangat jomplang.
Baca juga: Pemerintah Putuskan Geser Libur Hari Raya Keagamaan karena Merebaknya Penularan Covid-19
Bahkan, survei seroprevalensi CISDI di Jakarta menyebutkan, jumlah orang yang benar-benar terinfeksi ternyata 12 kali lebih tinggi dari apa yang dilaporkan/tercatat. Karenanya Charles mendesak pemerintah memberlakukan PSBB.
"Buat saya, kondisi yang terjadi saat ini bukan hanya mengkhawatirkan, tapi sudah mengerikan. Perlu tindakan cepat dari Pemerintah Pusat untuk segera membatasi kegiatan sosial masyarakat secara besar (PSBB), tidak lagi parsial," kata Charles.
"Kalau Covid-19 saat ini diibaratkan tsunami, PSBB ini seperti pemecah gelombang di lautan, sehingga gelombang yang sampai di daratan tidak begitu besar. Tanpa pemecah gelombang itu, saya takut para tenaga kesehatan dan masyarakat di daratan akan ikut tersapu," tandasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Vincentius Jyestha Candraditya)