Satgas Covid-19 Beberkan Alasan Tidak Lockdown Saat Kasus Melonjak Drastis
Selain varian baru, kasus positif meningkat karena beberapa hal, seperti masyarakat tidak mematuhi larangan bepergian serta larangan mudik Lebaran
Editor: Eko Sutriyanto
Menurut Hery, pemerintah sudah berupaya agar masyarakat tidak bepergian dan mudik, tapi ternyata banyak yang tidak mengikuti imbauan pemerintah.
"Kasus di Kudus, kita tahu di sana ada ziarah setelah Lebaran di Sunan Muria dan Sunan Kudus.
Kemudian itu dianggap salah satu yang memicu penularan. Di Bangkalan juga sama, setelah Lebaran masyarakat punya tradisi berkumpul.
Ketika berkumpul terjadi interaksi, terjadi risiko penularan," kata Hery.
Penyebab lain adalah varian baru Covid-19 yang diduga turut mempercepat penularan.
Baca juga: Wacana Lockdown, Wakil Wali Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Tak Panic Buying
Kembali ke PPKM Mikro. Hery mengatakan dengan kebijakan mitigasi risiko hingga tingkat RT/RW semakin mudah.
Hingga saat ini ada puluhan ribu desa yang membentuk posko.
Posko aktif melaporkan perkembangan kondisi di daerah masing-masing. Efektivitas kebijakan PPKM Mikro sudah terlihat sampai pertengahan Mei.
"Sehingga kita dapat data yang lebih valid tentang apa sebenarnya yang terjadi di berbagai daerah.
Ketika kita bisa memetakan zona risiko hingga ke RT/RW, tentu saja itu akan semakin baik, kita semakin presisi," katanya.
Selain itu, Hery mengatakan, kebijakan mikro lockdown sudah diterapkan beberapa daerah.
Misal, satu RT melakukan mikro lockdown karena ada lima keluarga yang terpapar Covid-19.
"Ini terjadi di beberapa daerah.
Mikro lockdown sudah dilakukan sebenarnya, tapi skalanya mikro," tutur Hery. (Willy Widianto)