Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siti Fadilah Supari: Divaksin Atau Tidak Divaksin, Risikonya Sama. Tameng Kita Adalah Masker

"Divaksin ataupun tidak divaksin, resikonya untuk terkena Covid itu sama dan (tingkat) kematiannya juga sama," kata Siti Fadilah Supari

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Siti Fadilah Supari: Divaksin Atau Tidak Divaksin, Risikonya Sama. Tameng Kita Adalah Masker
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Siti Fadilah Supari 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Mantan Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari membahas tentang pandemi Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini.

Dia berbicara dengan ahli virologi Prof. Nidom membahas pandemi Covid-19 dan juga virus corona yang kini telah banyak bermutasi.

Karena mutasi virus corona ini, sehingga masyarakat wajib untuk terus memakai masker dan menjaga protokol kesehatan.

"Divaksin ataupun tidak divaksin, resikonya untuk terkena Covid itu sama dan (tingkat) kematiannya juga sama," kata Siti Fadilah Supari di kanal Youtube Siti Fadilah Supari Channel.

Profesor Nidom menyambung, "Bedanya kalau sudah divaksin, masyarakat jadi lebih abai (Protokol kesehatan)," katanya.

"Harapan pemerintah, dengan 70 persen (masyarakat Indonesia) dia vaksin, 70 persen juga terjadi imunitas. Padahal itu tidak mungkin. Karena efikasinya, tidak ada yang 100 persen," kata Siti Fadilah Supari.

"Hal-hal yang kayak gini sebetulnya kan Scientific banget. Kenapa tidak ada yang bersuara kepada Menteri Kesehatan gitu, Jadi jangan You kejar yang 180 juta rakyat itu nanti Anda yang mengejar sesuatu yang tidak akan Anda dapet. Uang banyak keluar tapi korban akan cukup banyak," katanya.

BERITA REKOMENDASI

Prof Nidom mengatakan, banyak tenaga kesehatan yang sudah divaksin lengkap juga terkena Covid-19. Seperti di Kudus, di Bangkalan, dan di beberapa daerah lain. Kurang lebih 350 orang tenaga kesehatan. Yang meninggal 15 orang.

"Itu kenapa tidak diekspose, sehingga masyarakat tahu bahwa divaksin ataupun tidak divaksin risikonya untuk terkena Covid-19 itu sama, dan (tingkat) kematiannya juga sama," kata Siti Fadilah.

"Bedanya kalau sudah divaksin, masyarakat jadi lebih abai pada penggunaan masker (Protokol kesehatan)," kata Prof Nidom menimpali.

"Kenapa Saya menginginkan program vaksin kovensional ini disetop dulu untuk dievaluasi. Kalau memang ini tidak menunjukkan hasil yang diharapkan ya sudah diganti. Kalau (tetap) mau vaksin. Kalau nggak yang tetap laksanakan Protokol kesehatan saja, dulu juga sebelum ada vaksin kan juga Prokes. Memang ada risiko tapi Prokesnya yang harus diperkuat, gitu" kata Prof Nidom.

"Kalau saya bilang, bahwa mengendalikan virus itu mungkin saat ini untuk menghadapi Covid, flu, dan sebagainya itu tameng kita adalah masker," katanya.


"Karena apa? Masker itu kan menghalangi masuknya virus ke hidung. Jadi dia mati di udara. Saya bilang, masker ini cara membunuh virus (secara) Sunatullah".

"Kalau kita biarkan tanpa masker, virus masuk ke dalam tubuh, kemudian di dalam tubuh digempur oleh Antibodi. Maka virus tidak mau mati sia-sia. Di situ dia mulai mutasi," katanya.

Vaksinasi juga turut berperan dalam mutasi virus. "Mutasi akibat vaksinasi ini juga cukup tinggi. Justru karena vaksinasi, mutasi akan lebih banyak," katanya.

"Saya mungkin berbeda pendapat dengan para pengambil kebijakan. Tapi itu harus saya suarakan karena itu adalah keyakinan saya," kata Prof Nidom.

"Kita memang kadang-kadang harus bersuara yang sesuai dengan hati nurasi kita dan sesuai dengan ilmu yang kita tekunin dan jangan takut. Maksudnya kita kan bukan untuk menghalang-halangi tapi untuk agar bangsa ini mendapat treat (perawatan) yang terbaik," ucap Siti Fadilah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas