Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Ungkap Kemungkinan Virus Corona Varian Delta Menular Hanya Berpapasan dan Berpotensi Reinfeksi

Ahli menjelaskan kemungkinan virus corona Varian Delta menular hanya dengan berpapasan dan berpotensi reinfeksi.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Ahli Ungkap Kemungkinan Virus Corona Varian Delta Menular Hanya Berpapasan dan Berpotensi Reinfeksi
The Scotsman
ILUSTRASI varian baru virus corona. Ahli menjelaskan kemungkinan virus corona Varian Delta menular hanya dengan berpapasan dan berpotensi reinfeksi. 

TRIBUNNEWS.COM - Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan soal kemungkinan virus corona varian Delta menular hanya dengan berpapasan.

Menurut Prof Tjandra, kemungkinan virus corona varian Delta menular hanya dengan berpapasan memang ada.

Kendati demikian, masyarakat perlu memastikannya dengan menunggu hasil penelitian lebih lanjut dari Sydney, Australia.

Baca juga: Dokter Ahli Jepang Ungkap Bahayanya Varian Delta Covid-19

"Kemungkinan itu mungkin saja ada, tapi apakah benar 5-10 detik seperti temuan di Australia, kita tunggu nanti hasil penelitian jurnalnya," kata Prof Tjandra, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (28/6/2021).

Tetapi, Prof Tjandra memastikan, virus corona varian Delta memang jauh lebih menular.

"Varian Delta dibandingkan dengan varian sebelumnya memang jauh lebih menular," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Adhitama (Tangkap layar Youtube Kompas TV)

Di sisi lain, Prof Tjandra juga menjelaskan ada lima dampak varian baru virus corona.

Berita Rekomendasi

Pertama, soal dampak penularannya.

Kedua, soal berat dan ringannya terhadap penyakit.

Ketiga, soal kemungkinan infeksi ulang atau reinfeksi.

Keempat, dampak terhadap diagnosisnya dan kelima dampak terhadap vaksinnya.

Dalam kasus varian Delta ini, Prof Tjandra menilai poin pertama soal penularannya yang jauh lebih cepat benar adanya.

Poin kedua soal berat ringannya penyakit ada yang membenarkan dan ada pula yang menyangkal.

Kemudian, Prof Tjandra juga membenarkan dalam poin ketiga virus corona varian baru memungkinkan reinfeksi.

Satgas Covid-19 kembali melakukan penelusuran atau tracing dengan swab PCR kepada warga sekitar Taman Pintar Kayu Putih, Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021). Sebelumnya satgas sudah melakukan tracing kepada 48 warga dengan hasil negatif, pihak Polsek Pulogadung juga telah melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga. Tracing terus ditingkatkan oleh pemerintah untuk mengetahui penyebaran Covid diantara warga dan antisipasi Covid-19 varian baru. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Satgas Covid-19 kembali melakukan penelusuran atau tracing dengan swab PCR kepada warga sekitar Taman Pintar Kayu Putih, Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021). Sebelumnya satgas sudah melakukan tracing kepada 48 warga dengan hasil negatif, pihak Polsek Pulogadung juga telah melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga. Tracing terus ditingkatkan oleh pemerintah untuk mengetahui penyebaran Covid diantara warga dan antisipasi Covid-19 varian baru. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

"Dampak terhadap infeksi ulang iya mungkin terjadi infeksi ulang."

"Kemudian dampak tehadap diagnosis tidak kerena diagnosis yang ada sekarang tes menggunakan PCR dan rapid tes antigen masih bisa digunakan," katanya.

Terakhir, Prof Tjandra menyebut, dampak terhadap vaksin memang ada, yakni terjadi penurunan efikasi.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kenali Gejala Virus Corona Varian Delta, Apa Bedanya dengan Flu Biasa?

Terbukti, dari penelitian di Inggris menyebut vaksin AstraZeneca mengalami penurunan efikasi terhadap virus corona varian Delta.

"Sementara dampak vasksin ada penururan, penelitian yang terbesar di Inggris, vaksin AstraZeneca efikiasinya turun pada varian Delta."

"Hanya masih diatas 50 persen dan masih bisa digunakan," ungkapnya.

Sebaran Varian Baru Virus Corona di Indonesia

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat setidaknya ada 211 kasus virus corona varian baru yang sudah masuk ke Indonesia.

Varian baru tersebut terdiri dari varian Alpha atau B.1.1.7 asal Inggris, varian Beta varian Beta atau B.1.351 asal Afrika Selatan dan varian Delta atau B.1.617 dari India.

Dikutip dari laman Balitbangkes, dari ketiga varian tersebut, varian Delta mendominasi di Indonesia.

Catatan terbaru, ada sekira 160 varian Delta yang ditemukan di Indonesia hingga 20 Juni 2021.

Sementara, 80 kasus varian Delta tersebut tercatat berada di Jawa Tengah.

Baca juga: Penjelasan Terkait Varian Delta dan Gejalanya, Disebut Lebih Menular dari Covid-19 di Awal Pandemi

Berikut daftar wilayah di Indonesia yang terdeteksi adanya kasus virus corona varian baru per 20 Juni 2021:

Varian Delta Total 160 Kasus

1. DKI Jakarta
Ditemukan 57 kasus

2. Jawa Tengah
Ditemukan 80 kasus

3. Jawa Timur
Ditemukan 10 kasus

4. Kalimantan Tengah
Ditemukan 3 kasus

5. Kalimantan Timur
Ditemukan 3 kasus

6. Sumatera Selatan
Ditemukan 3 kasus

7. Banten
Ditemukan 2 kasus

8. Jawa Barat
Ditemukan 1 kasus

9. Gorontalo
Ditemukan 1 kasus

Balitbangkes Kemenkes mencatat ada 211 kasus corona varian baru
Balitbangkes Kemenkes mencatat ada 211 kasus corona varian baru yang sudah masuk ke Indonesia, berikut daftarnya.

Varian Alpha Total 45 Kasus

1. DKI Jakarta
Ditemukan 33 kasus

2. Jawa Barat
Ditemukan 2 kasus

3. Jawa Timur
Ditemukan 2 kasus

4. Sumatera Utara
Ditemukan 2 kasus

5. Bali
Ditemukan 1 kasus

6. Kalimantan Selatan
Ditemukan 1 kasus

7. Jawa Tengah
Ditemukan 1 kasus

8. Sumatera Selatan
Ditemukan 1 kasus

9. Kepulauan Riau
Ditemukan 1 kasus

10. Riau
Ditemukan 1 kasus

Baca juga: Virus Corona Varian Delta Disebut Lebih Menular dan Berbahaya Dibandingkan Alpha

Varian Beta Total 6 Kasus

1. DKI Jakarta
Ditemukan 4 kasus

2. Jawa Timur
Ditemukan 1 kasus

3. Bali
Ditemukan 1 kasus

Varian Delta Miliki Tingkat Penularan 40-70 Persen Lebih Tinggi dari Alpha

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio menilai, peningkatan kasus akibat virus corona varian Delta semakin tajam.

Terbukti, virus tersebut kini merebak berkali-kali lipat setelah pertama kali ditemukan pada Januari 2021 lalu.

"Peningkatan kasus dari varian delta ini meningkat tajam, kita peertama kali menemukan bulan Januari 2021, tapi dari bulan ke bulan naiknya cukup signifikan."

"Sebulan berikutnya naik terus sampai saat inisudah mencapai lebih dari 100," kata Prof Amin, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Kamis (17/6/2021).

Bahkan, Prof Amin menilai angka tersebut akan terus naik karena beberapa daerah masih mengolah datanya.

ILUSTRASI varian baru virus corona
ILUSTRASI varian baru virus corona (The Scotsman)

"Bahkan kita belum memasukkan angka dari Jawa Timur, karena masih diolah," katanya.

Prof Amin pun mengatakan, virus corona varian delta ini memiliki kecepatan penularan berkali-kali lipat.

Dibanding dengan varian alpha, Prof Amin menyebut virus corona varian delta ini lebih cepat hingga 40-70 persen.

"Varian delta ini memiliki kecepatan penularan 40-70 persen lebih tinggi dari alpha, sementara varian alpha itu 40-70 persen lebih tinggi dari virus corona biasa."

"Jadi memang dibanding dengan varian biasa itu jauh lebih cepat," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Simak Berita lain terkait Virus Corona Varian Delta

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas