Gejala Covid-19 pada Anak-anak, dr Reisa Broto Asmoro Beri Pejelasan
Anak-anak rentan terpapar covid-19. Apabila terpapar virus tersebut, gejalanya sama seperti orang dewasa.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro mengatakan gejala Covid-19 yang dirasakan anak-anak biasanya mirip seperti orang dewasa.
Mereka umumnya akan mengalami batu, diare, demam bahkan kehilangan penciuman (anosmia).
"Nah umumnya gejala yang terjadi pada anak-anak itu biasanya bisa ditemukan batuk, demam, pilek, bisa juga diare dan anosmia," ujar dr Reisa, dalam talkshow live Instagram @radiokesehatan, Senin (28/6/2021).
Namun di antara anak-anak ini, ada pula yang tidak menunjukkan gejala apapun dan masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).
Sedangkan bagi yang bergejala, biasanya menunjukkan gejala yang berbeda antara satu kasus dengan kasus lainnya.
Baca juga: Varian Delta Sudah Menyerang Bocah, 67 Persen Anak Positif Covid Tanpa Gejala
"Tapi banyak juga yang di antaranya tanpa gejala, meskipun demikian, gejala ini dapat bervariasi sama seperti orang dewasa," kata dr Reisa.
Mirisnya, saat anak terkena virus ini, mereka berpotensi pula mengalami 'Long Covid'.
dr Reisa menyampaikan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa saat virus tersebut telah hilang dari tubuh anak, tidak berarti menghilangkan gejala yang ia rasakan.
Karena setelah pulih, anak bisa saja mengalami Long Covid selama beberapa bulan ke depan.
"Seperti kita tahu, dari IDAI sendiri ya memang sudah mengatakan juga klasifikasi gejala pada anak tidak berarti pada saat si virusnya itu sudah hilang, tapi bisa saja Long Covid pada anak itu bisa bertahan sampai berbulan-bulan setelahnya," jelas dr Reisa.
Sementara itu, kata dia, anak-anak cenderung sulit untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan, terutama pada anak yang masih balita.
"Dan yang lebih menyulitkan lagi adalah anak itu, apalagi di usia balita ya, itu belum bisa menyampaikan apa yang sebenarnya dirasakan," papar dr Reisa.
Anak usia balita biasanya menunjukkan ciri dengan menurunnya nafsu makan dan sering menangis.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada para orang tua atau siapapun yang berada di lingkungan dan menjaga anak tersebut untuk selalu peka dengan ciri yang ditunjukkan.
"Terkadang hanya rewel, hanya nafsu makannya yang turun. Makanya orang di sekitarnya, orang tuanya, care takernya semua itu harus lebih peka dengan kondisi sang anak," tegas dr Reisa.