Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Foto Jenazah Berjejer di Selasar RSUD Dr Soetomo Ternyata Benar, Berikut Pernyataan Manajemen

Tak terkendalinya lonjakan pasien Covid-19 di Surabaya menyebabkan RSUD Dr Soetomo sudah penuh dengan pasien.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Foto Jenazah Berjejer di Selasar RSUD Dr Soetomo Ternyata Benar, Berikut Pernyataan Manajemen
Twitter
Sejumlah jenazah di IGD RSUD Dr Soetomo Surabaya yang diakui Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada Rabu (30/6/2021) kemarin 27 pasien covid-19 meninggal dunia. 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tak terkendalinya lonjakan pasien Covid-19 di Surabaya menyebabkan RSUD Dr Soetomo sudah penuh dengan pasien.

Bahkan dikabarkan pada suatu ketika, puluhan pasien meninggal di rumah sakit tersebut.

Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan sejumlah jenazah yang ditutupi perlak di selasar diduga IGD RSUD Dr Soetomo Surabaya.

Direktur RSUD dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi SpBS (k) ternyata membenarkan hal itu.

Dr Joni mengungkapkan foto tersebut merupakan kondisi IGD pada Rabu (1/7/2021).

Dikatakannya jenazah itu menunggu proses protokol pemulasaraan jenasah covid memakan waktu 1,5 hingga dua jam per jenazah.

Baca juga: Lonjakan Covid, Pemerintah Diminta Pastikan Ketersediaan Oksigen Medis

"Iya (gambar kondisi IGD), progres penyakitnya cepat sekali, datang sudah dalam kondisi desaturasi.

Berita Rekomendasi

Bahkan ada yang meninggal di ambulans, kemarin sehari meninggal 27. Mohon masyarakat disiplin protokol kesehatan,"ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (1/7/2021).

Dr Joni mengungkapkan kondisi ini tidak terjadi setiap harinya. Hanya pada Rabu (1/7/2021), banyak pasien datang dalam kondisi parah.

"Iya, 27 yang meninggal itu total dengan yang dirawat di ruang isolasi. Tidak pernah seperti itu tahun lalu," urainya.

Baca juga: Diklaim Dapat Jadi Obat Covid-19, Ini Fakta Ivermectin Sebenarnya

Meskipun banyak pasien yang meninggal, dikatakan dr Joni kamar pasien Covid-19 masih dalam kondisi penuh.

Bahkan pihaknya masih berusaha menambah kapasitas kamar.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tak kuasa menahan air matanya, Kamis (1/7/2021).

Ini terjadi saat berdoa usai pembacaan Yasin dan Tahlil secara daring yang diselenggarakan Pemkot Surabaya.

Baca juga: Din Syamsuddin: Pemerintah Sebaiknya Nyatakan Negara dalam Keadaan Darurat Covid-19

"Ya Allah... Panjenangan tarik penyakit saking Surabaya Ya Allah... Panjenengan selamatkan warga kula Ya Allah... Panjenengan selamatkan warga Surabaya Ya Allah... (Ya Allah... Mohon ditarik penyakit dari Surabaya... Mohon selamatkan warga saya Ya Allah... Selamatkan warga Surabaya ya Allah)," kata cak Eri dengan menengadah.

"Ya Allah... Ingkang sakit dipun paringi sehat... Ingkang sehat dipun paringi sehat terus.... Ya Allah hanya kepada-Mu hamba memohon ya Allah... (Yang sakit diberikan kesehatan, yang sehat tetap diberi kesehatan)," ujarnya terbata-bata sembari sesekali menyeka air matanya.

Usai berdoa, Cak Eri lantas mengusap kedua matanya. Tak hanya Eri, sejumlah kepada OPD yang ikut serta dalam doa bersama ini pun tak kuasa menahan air matanya.

Ditemui usai acara, Cak Eri memberikan penjelasan bahwa ia tak kuasa menahan air matanya saat mengingat warganya yang di tengah dirawat akibat Covid-19.

"Saya nggak tega melihat warga kita masuk RS," kata Cak Eri.

"Tadi saya lihat ke RS, lihat dari luar. Ada banyak yang pakai ventilator. Warga Surabaya adalah keluarga saya. Saya sedih harus melihat mereka seperti ini," katanya.

Cak Eri pun berujar bahwa ia mau melakukan apapun demi membebaskan warga dari Covid-19.

Bahkan, ia pun berani menukar jabatannya dengan kesehatan warga.

"Misalnya, Gusti Allah ngendika, 'eh warga Surabaya isa waras tapi awakmu sing nanggung: nggak bisa jadi Wali Kota. Lila. (Misalnya, Allah berfirman, warga Surabaya bisa sehat namun kamu harus berkorban: nggak jadi Wali Kota. Saya rela)," katanya.

Sebab, Wali Kota merupakan pemimpin. Pemangku kebijakan di daerah.

"Wali Kota itu pemimpin. Pemimpin itu menentukan. Sehingga, yang dihisab pertama kali ya pemimpinnya. Jadi, kalau bisa ditukar agar warga Surabaya sehat, saya siap," katanya.

Hal ini lah yang membuatnya tak kuat menahan air mata.

"Sehingga, saya sampai tak kuat menahan air mata. Ya Allah kami melihat banyak keluarga kita meninggal atau sakit. Apa yang bisa kita banggakan?," katanya.

"Sehingga, kalau memang harus ditukar dengan jabatan saya, nggak apa-apa. Demi warga Surabaya bisa sehat semua, saya ikhlas," katanya.

Oleh karenanya, berbagai cara ia lakukan untuk membebaskan warga Surabaya dari Covid-19.

Mulai dari upaya penyekatan warga dari luar kota, tracing massal, hingga vaksin.

Tak berhenti di situ, ikhtiar juga dilakukan dengan berdoa bersama. Rencananya, agenda pembacaan tahlil dan Yasin akan dilakukan rutin setiap Kamis sore.

Ini dilakukan bersama sejumlah OPD dengan daring. "Ini dilakukan melalui zoom (daring) dengan RT, RW, LPMK, dan Seluruh warga dengan peserta membaca Yasin setelah Ashar. Kami doa bersama. Jum'at pagi, kami ada khotmil quran. Bersama seluruh OPD," katanya.

"Sudah banyak warga di Surabaya yang meninggal. Makanya, kami jalankan ikhtiarnya dohir dan batin," terangnya.

Mencari Tabung Oksigen Hingga ke Penjual Ikan

Melonjaknya pasien Covid-19 menyebabkan rumah sakit-rumah sakit di Jawa Tengah mengalami kelangkaan tabung oksigen.

Pdaahal tabung oksigen sangat vital bagi pasien covid-19.

Bahkan salah satu rumah sakit di Kabupaten Banjarnegara mencarinya hingga ke pedagang ikan dan tukang las.

Adalah Rumah Sakit Islam Banjarnegara yang melakukan hal tersebut.

Direktur RSI Banjarnegara, Agus Ujianto mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan oksigen, pihaknya sampai berburu ke peternak ikan di beberapa kecamatan yang merupakan sentra peternak ikan di Banjarnegara.

Pihaknya terbantu oleh peternak ikan di Banjarnegara yang merelakan oksigennya untuk kesehatan dan kemanusiaan.

"Kami sangat berterimakasih atas kontribusi peternak ikan di Banjarnegara," katanya, Rabu (30/6).

Menurut dia, kebutuhan oksigen di rumah sakit itu mencapai 100 tabung/hari, dengan jumlah isolasi covid-19 yang kini mencapai 50 bed.

"Satu pasien jika kondisinya kurang baik, satu tabung besar bisa habis dalam waktu satu jam saja," ujarnya.

Dengan kondisi itu, Agus sudah melayangkan surat kepada pucuk pimpinan di Banjarnegara agar ada regulasi terkait dengan oksigen.

Pihaknya bahkan berharap Banjarnegara mampu membuat oksigen yang dibutuhkan saat ini.

"Kelangkaan gas oksigen ini karena lonjakan pasien. Kalau ada pabrik khusus di Banjarnegara akan sangat membantu," ucapnya.

Kepala Bagian Pelayanan Penunjang Medis RSI Banjarnegara, Masrurotut Daroen menyatakan, satu tabung oksigen saat ini sangat berharga.

Pihaknya bahkan selalu mencari oksigen hingga kabupaten tetangga untuk memenuhi kebutuhan.

"Kami sampai jemput di Temanggung, ada satu tabung tetap kami ambil demi kemanusiaan. Oksigen yang kami gunakan sama dengan yang biasa digunakan tukang las maupun peternak ikan," jelasnya.  (Sulvi Sofiana/Surya/Tribun Jateng)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Beredar Foto IGD RSUD Dr Soetomo Penuh Jenazah Covid-19, Direktur: Sehari Kemarin 27 Meninggal Dunia

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas