Kasus Covid-19 Membludak, Pemerintah Alihkan Produksi Oksigen Nasional untuk Medis
pemerintah tengah memaksimalkan kapasitas produksi oksigen nasional agar bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan medis
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan saat ini pemerintah tengah memaksimalkan kapasitas produksi oksigen nasional agar bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan medis.
Hal itu untuk merespons kebutuhan oksigen medis yang melonjak seiring naiknya kasus Covid-19.
Diketahui beberapa daerah dilaporkan mengalami kelangkaan stok oksigen.
"Kami telah mendapatkan komitmen dari Kementerian Perindustrian agar konversi oksigen industri ke medis diberikan sampai 90 persen," kata Budi, dikutip dari keterangan tertulis Kemenkes, Selasa (6/7/2021).
Menkes menjabarkan di Indonesia kapasitas produksi oksigen pertahunnya mencapai 866.000 ton/tahun dengan utilisasi produksi per tahunnya sebanyak 638.900 ton.
Baca juga: Kemenkes Terbitkan Aturan Rawat Inap bagi Pasien Covid-19, Berikut Aturannya
Sebanyak 75 persen digunakan untuk industri dan hanya 25 persen yang dipakai medis.
Melalui konversi ini, maka jumlah oksigen yang bisa didapatkan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575.000 ton.
Untuk saat ini, kapasitas oksigen yang ada akan dimaksimalkan di tujuh Provinsi di Jawa-Bali karena meningkatnya kasus Covid-19, sementara pasokan oksigen di RS semakin berkurang di tengah kebutuhan yang semakin tinggi.
Berdasarkan data Kemenkes, saat ini total kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien Covid-19 mencapai 1.928 ton/hari, sementara kapasitas yang tersedia ada 2.262 ton/hari.
Dengan demikian, ditargetkan untuk wilayah Jawa-Bali bisa mensuplai oksigen sebanyak 2.262 ton/hari.
Baca juga: Kapasitas 950 Bed, Wisma Haji Pondok Gede Jaktim Disulap Jadi Tempat Penanganan Pasien Covid-19
Diungkapkan Menkes, penyebab terjadinya kelangkaan stok oksigen di beberapa daerah disebabkan rantai distribusi yang belum optimal.
Untuk itu, pemerintah mengupayakan agar penyaluran ke daerah-daerah yang kasusnya tinggi lebih dipercepat.
"Kami menyadari ada isu terkait distribusi. Karena memang di Jawa Tengah adalah daerah paling sedikit produksi oksigennya, paling banyak di Jawa Barat dan Jawa Timur, jadi kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana," terangnya.
Budi menambahkan, kesulitan lain yang dihadapi dalam proses distribusi oksigen adalah kurang liquidnya proses pengisian oksigen.
Hal ini disebabkan karena banyaknya RS yang menggunakan tabung, seiring dengan penambahan Tempat Tidur (TT) darurat.
Baca juga: Bisa Tunjukkan Undangan Vaksinasi di DKI Jakarta Boleh Lewati Pos Penyekatan Bintaro
Sehingga yang harusnya bisa dikirimkan dalam truk besar dan dipindahkan ke tanki besar, untuk kemudian disalurkan dalam jaringan oksigen, namun untuk saat ini harus dimasukkan ke dalam tabung-tabung.
Ini turut mempengaruhi waktu pengisian oksigen.
Untuk memenuhi ruang-ruang perawatan darurat di RS, Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk melakukan impor tabung oksigen 6 meter kubik dan 1 meter kubik dalam waktu dekat ini.
Pesan Konsentrator Oksigen dari Singapura
Sementara itu pemerintah memesan 10 ribu oksigen konsentrator dari Singapura untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi, karena lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Marinves) yang juga merupakan penanggungjawab pelaksanaan PPKM Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan usai rapat terbatas penanganan Covid-19, Selasa (6/7/2021).
"Sekarang sudah ada kita pesan 10.000 dan sebagian sudah mulai datang pakai Pesawat Hercules dari Singapura dan juga kita akan ambil dari tempat lain, bila kita rasakan masih ada kekurangan," kata Luhut.
Oksigen konsentrator tersebut diperuntukan untuk pasien Covid-19 gejala ringan yang membutuhkan oksigen.
Baca juga: Nakes dan Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Dapat Asupan Suplemen Herbal
Cara kerja oksigen konsentrator yakni mengambil oksigen dari udara bebas untuk kemudian diproses agar bisa membantu pernapasan pasien Covid-19.
"Sementara itu oksigen murni kita arahkan untuk menolong orang yang di isolasi dan rawat intensif," katanya.
Luhut memastikan ketersediaan oksigen tercukupi untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
Bahkan ketersediaan oksigen cukup dalam menghadapi skenario terburuk kasus Covid-19 di Indonesia dengan 60 sampai 70 ribu kasus per hari.
"Oksigen sampai hari ini kami hitung, sudah dibuat skenario oleh tim itu bisa samapi 5.000 mungkin malah paling jelek Kita sudah bikin sampai 60.000-70.000 kasus per hari. Tetapi kita tidak berharap itu terjadi," kata Luhut.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Taufik Ismail)