Uji Coba Vaksin HIV Diluncurkan di Universitas Oxford Untuk Akhiri 'Penantian 40 tahun'
Percobaan yang disebut HIV-CORE 0052 itu bertujuan untuk mengevaluasi keamanan, tolerabilitas, dan imunogenisitas dari vaksin HIVconsvX.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Para peneliti di Universitas Oxford Inggris telah memberikan dosis pertama dari vaksin HIV potensial kepada peserta, sebagai bagian dari uji klinis fase satu yang diluncurkan pada hari Senin kemarin.
Percobaan yang disebut HIV-CORE 0052 itu bertujuan untuk mengevaluasi keamanan, tolerabilitas, dan imunogenisitas dari vaksin HIVconsvX.
"Proyek ini merupakan bagian dari European Aids Vaccine Initiative, yang didanai oleh Komisi Eropa," kata univesitas tersebut.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (6/7/2021), vaksin ini dikenal sebagai 'mosaik', yang berarti dapat menargetkan berbagai varian HIV-1 dan berpotensi menjadi vaksin yang cocok untuk digunakan di seluruh dunia.
Baca juga: Nasib Penderita HIV/AIDS di Masa Pandemi, Ini yang Jadi Persoalan Mereka
Para peneliti ini akan memberikan dua dosis vaksin dalam rentang waktu empat minggu kepada 13 orang dewasa HIV-negatif yang sehat, berusia antara 18 hingga 65 tahun yang tidak dianggap berisiko terinfeksi.
Peneliti utama uji coba yang juga seorang Profesor Imunologi Vaksin di Institut Jenner Universitas Oxford, Tomas Hanke mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa vaksin HIV yang efektif telah sulit dipahami selama 40 tahun.
"Percobaan ini adalah yang pertama dari serangkaian evaluasi strategi vaksin baru pada orang HIV-negatif untuk pencegahan dan pada orang yang hidup dengan HIV untuk penyembuhan," kata Hanke.
Penelitian Oxford ini bekerja dengan merangsang respons kekebalan tubuh melalui sel T yang membunuh patogen tertentu.
Tidak seperti kebanyakan kandidat vaksin HIV lainnya yang menginduksi antibodi yang dibuat oleh sel B untuk melawan virus.
Perlu diketahui, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan dapat berkembang menjadi AIDS yang mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
Pada tahun 2014, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengumumkan target 'jalur cepat' untuk mengurangi jumlah orang yang baru terinfeksi virus menjadi 500.000 pada tahun 2020.
Namun, pada tahun lalu kasus HIV melonjak menjadi sekitar 1,5 juta kasus baru.
Tim peneliti Oxford pun berharap dapat melaporkan hasil penelitian ini pada April tahun depan.
Selain itu, ada pula rencana untuk memulai uji coba serupa di Eropa, Afrika, dan Amerika Serikat (AS).