Sejumlah Negara telah Mencapai Herd Imunity, Bagaimana dengan Indonesia
Setelah menjadi endemi,penularan Covid-19 akan seperti penyakit demam berdarah (DB) maupun malaria yang muncul kadang-kadang dan di wilayah tertentu
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan jika sudah banyak negara mencapai herd imunity, hanya sejumlah negara saja yang masih terjadi kasus Covid-19.
Sehingga level pandemi Covid-19 dapat menurun menjadi endemi.
"Nah kalau ternyata negara di dunia sudah bisa menurunkan level penularannya, positivity rate-nya di bawah 1 persen.
Kita bisa menurunkan statusnya menjadi endemi," jelas Sonny.
Finish-nya mulai keliatan. Kita lihat beberapa negara di dunia sudah mencapai herd imunity," ujar Sonny dalam webinar PPKM Darurat, Indonesia Selamat, Rabu (7/7/2021).
Setelah menjadi endemi, Sonny mengatakan penularan Covid-19 akan seperti penyakit demam berdarah (DB) maupun malaria yang muncul kadang-kadang dan di wilayah tertentu.
Baca juga: Sruvei KNTI: Penjualan Ikan Tangkapan Nelayan Membaik di Masa Pandemi
"Malaria, masih ada enggak? Masih ada. Tapi munculnya kadang kadang dan di daerah tertentu," ucap Sonny.
Meski begitu, Sonny mengatakan hal tersebut dapat tercapai hanya ketika seluruh masyarakat dunia mengikuti vaksinasi, menjalankan protokol kesehatan, serta 3M dan 3T.
"Jadi kalau kita punya fighting Spirit, lari ya sampai finish dan seluruh dunia melakukan hal yang sama mendukung program vaksinasi dan patuh protokol kesehatan, melaksanakan 3T sebaik-baiknya," pungkas Sonny.
Bagaimana di Indonesia
Saat ini selain kasus positif harian yang terus melonjak, kasus kematian harian juga mengalami kenaikan drastis.
Jumlah kematian akibat Covid-19 ini naik hampir 300 dari hari sebelumnya sebanyak 728 kasus.
Bila menilik data dari SatgasCovid-19, jumlah kematian naik berkali kali lipat dibandingkan pertengahan Juni yang di bawah 200 kasus.
Jumlah kematian terbanyak, Rabu (7/7/2021) kemarin, di Jawa Tengah 480 jiwa, kemudian Jawa Timur 155 kematian, DKI Jakarta 142 kematian, Jawa Barat 67 kematian, dan DI Yogyakarta 32 kasus.