Kematian Pasien Lansia dengan Dua Strain Covid-19 di Belgia Picu Pertanyaan Soal Risiko Koinfeksi
Kedua varian ini menyebar di Belgia pada saat itu, jadi kemungkinan perempuan tersebut terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BELGIA - Kasus seorang perempuan lanjut usia (lansia) berusia 90 tahun yang meninggal setelah terinfeksi dua varian virus corona (Covid-19) menimbulkan pertanyaan baru tentang fenomena langka infeksi ganda serta efektivitas vaksin.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (13/7/2021), makalah penelitian yang dipresentasikan pada Kongres Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa pada pekan lalu mengungkapkan bahwa perempuan tersebut meninggal di Rumah Sakit OLV di kota Aalst, Belgia, pada Maret lalu.
Perempuan yang belum divaksinasi itu tinggal sendirian dan sebelumnya hanya menerima perawatan di rumah.
Ia kemudian dibawa dan dirawat di rumah sakit dengan kadar oksigen yang normal, namun meninggal setelah lima hari mendapatkan perawatan karena gejala pernafasannya memburuk secara cepat.
Ahli Biologi Molekuler dari Rumah Sakit OLV yang memimpin penelitian itu, Anne Vankeerberghen mengatakan hasil tes menemukan bahwa perempuan itu terinfeksi dua varian Covid-19, yakni varian alpha yang kali pertama terdeteksi di Inggris dan varian beta yang ditemukan di Afrika Selatan (Afsel).
Baca juga: Wanita 90 Tahun di Belgia Meninggal setelah Terinfeksi Covid-19 dengan 2 Varian Sekaligus
"Kedua varian ini menyebar di Belgia pada saat itu, jadi kemungkinan perempuan tersebut terinfeksi virus yang berbeda dari dua orang yang berbeda," kata Vankeerberghen.
Kejadian global dari fenomena infeksi ganda ini, menurutnya, 'mungkin akan diremehkan'.
Hal itu karena terbatasnya pengujian untuk varian yang menjadi perhatian dan kurangnya cara sederhana untuk mengidentifikasi koinfeksi dengan sekuensing seluruh genom.
"Mewaspadai koinfeksi itu tetap penting," tegas Vankeerberghen.
Sebelumnya, kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa efektif vaksin terhadap beberapa varian Covid-19 yang 'hidup berdampingan' dalam tubuh seseorang.
Baca juga: Lebih dari 2 Ribu Anak-anak Jakarta Dilaporkan Positif Corona Hari Ini
Varian Delta yang kali pertama terdeteksi di India pada Oktober 2020, saat ini dilihat secara global sebagai varian utama yang menjadi perhatian karena sifatnya yang paling cepat dan mudah menular.
Varian ini menyebar sekitar 225 persen lebih cepat dibandingkan versi asli SARS-CoV-2 yang muncul di Wuhan, China.
Delta kini mendominasi wabah di Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Orang yang telah divaksinasi secara penuh diyakini masih dapat terlindungi dari kebutuhan rawat inap dan penyakit parah yang disebabkan oleh varian ini.
Namun ada lebih banyak pertanyaan yang muncul tentang mutasi lainnya, terutama terkait varian Lambda yang kali pertama terdeteksi di Peru.
Lambda kini menjadi fokus utama, karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian ini sebagai varian yang menjadi perhatian.