Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Mata Sosiolog Imam Prasodjo, Ini yang Dicemaskannya

Laju penularan Covid-19 yang meningkat tajam cukup meresahkan. Tidak hanya Indonesia, virus mewabah menjadi masalah seluruh dunia.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Mata Sosiolog Imam Prasodjo, Ini yang Dicemaskannya
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ketua Pansel penasihat KPK Imam Prasodjo saat memberikan keterangan pers di kantor KPK, Jakarta, Selasa (7/2/2017). Pansel resmi mengumumkan dibukanya pendaftaran bagi empat calon penasihat KPK dan proses seleksi akan dilakukan selama tiga bulan ke depan. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju penularan Covid-19 yang meningkat tajam cukup meresahkan. Tidak hanya Indonesia, virus mewabah menjadi masalah seluruh dunia. 

Hal ini menjadi kekhawatiran dari Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo. Menurutnya saat ini Indonesia belum bisa beradaptasi dengan situasi Pandemi Covid-19

Jika hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi episentrum dari pandemi Covid-19

"Ini menjadi pertanyaan besar, kalau kita tidak mampu untuk melakukan adaptasi, maka bisa jadi Indonesia menjadi wilayah episentrum (Covid-19)," kata Imam, dalam webinar Alinea.id , Senin (19/7/2021).

Imam menyebutkan jika masih banyak masyarakat yang tak patuh pada protokol kesehatan. Sebagian masyarakat tidak percaya pada kajian keilmuan atau hal-hal yang bersifat saintifik.

"Bahkan jangan-jangan di dalam negara itu episentrumnya akan mengerucut di wilayah-wilayah tertentu yang disiplinnya itu paling rendah, orangnya paling tidak saintifik, paling tidak percaya pada kajian-kajian ilmiah, kajian-kajian keilmuan," kata Imam lagi. 

Baca juga: Studi Terbaru: Jumlah Kematian di India selama Pandemi Covid-19 Bisa Lebih dari 4 Juta

Baca juga: China Laporkan Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Yunnan Perbatasannya dengan Myanmar

Berita Rekomendasi

Tidak hanya itu, kondisi ini, kata Imam ditambah dengan masyarakat yang tidak menjalankan protokol kesehatan dan enggan lakukan vaksinasi. 

Ilustrasi virus corona. Studi dari Harvard Medical School menyatakan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) kemungkinan sudah ada dan menyebar di China sejak Agustus 2019.
Ilustrasi virus corona. Studi dari Harvard Medical School menyatakan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) kemungkinan sudah ada dan menyebar di China sejak Agustus 2019. (Pixabay/Tumisu)

Situasi diperburuk dengan Indonesia yang belum terbebas dengan masalah kemiskinan, stunting, daya tahan tubuh yang rendah. 

Baca juga: Relawan Jemput Mayat dari Rumah ke Rumah, Myanmar Diprediksi Jadi Negara Penyebar Tercepat Covid-19

Selain itu, banyak pekerjaan rumah yang mesti dilakukan Indonesia. Misalnya seperti penyediaan vaksin. Negara saat ini belum bisa menyediakan vaksin secara mandiri. Pengadaan vaksinasi masih bergantung pada negara lain. 

Ia pun merincikan beberapa negara yang sempat menghadapi lonjakan kasus infeksi namun diprediksi dapat ditangani. Misalnya Amerika, Eropa dan India.

"Ada kemungkinan Amerika bertahan. Eropa juga seperti itu. Di Asia, memadai tiga negara. India kemudian bisa mengontrol. Apa lagi India bisa memproduksi vaksin sendiri. Indonesia prilaku paling parah, vaksin masih tergantjng dan ketahanan tubuh relatif rendah," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas