PM Bennet: Warga Israel yang Tidak Divaksinasi Akan Ditolak Masuk Ke Sinagoga
Ia kemudian menegaskan bahwa vaksin merupakan produk dari ilmu pengetahuan dan itu tidak akan terbantahkan oleh apapun.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett telah mengumumkan bahwa warga Israel yang menolak untuk divaksinasi virus corona (Covid-19) akan dilarang mengunjungi tempat umum di dalam maupun luar ruangan yang menampung 100 orang atau lebih, termasuk Sinagoga
Perlu diketahui, saat ini jumlah kasus baru Covid-19 di negara itu terus mengalami peningkatan.
"Mereka yang menolak untuk divaksinasi 'membayangi' upaya kita semua. Jika semua orang mendapatkan vaksin, kehidupan dapat kembali normal, namun jika satu juta orang menolak, delapan juta lainnya harus menjalani sistem penguncian (lockdown)," kata Bennett pada hari Kamis kemarin.
Baca juga: Ditemukan Vaksin Covid-19 Tak Bentuk Suntikan, Perusahaan Farmasi Israel Oravax Medical Uji Klinis
Ia kemudian menegaskan bahwa vaksin merupakan produk dari ilmu pengetahuan dan itu tidak akan terbantahkan oleh apapun.
"Ada saatnya diskusi ini harus dihentikan, ilmu pengetahuan sudah jelas, vaksinnya bekerja, efektif, aman," tegas Bennet.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (23/7/2021), pada 8 Agustus mendatang, Bennett akan mengumumkan bahwa siapapun yang menolak untuk divaksinasi, tidak akan diizinkan memasuki tempat manapun yang memiliki kapasitas di atas 100 orang, baik itu di dalam maupun luar ruangan.
Baca juga: Rahul Gandhi dan Imran Khan Jadi Target Spyware Pegasus Buatan Israel
Termasuk diantaranya gedung teater, acara maupun gedung olahraga hingga rumah ibadah seperti Sinagoge.
Untuk bisa masuk, mereka harus menunjukkan bukti vaksinasi, kemudian bukti mereka telah pulih dari Covid-19 jika sempat terinfeksi, atau tes negatif Covid-19, ini diperoleh melalui biaya sendiri.
Sebelumnya, Israel telah menggunakan vaksin Covid-19 berbasis platform mRNA yang diproduksi Pfizer-BioNTech.
Pada hari Kamis kemarin, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) negara itu mengatakan bahwa efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah infeksi dan gejala ringan telah menurun menjadi hanya 40 persen.
Baca juga: Bentrokan di Yerusalem, Pemukim Yahudi Berusaha Usir Keluarga Palestina
Ini berdasar pada data yang dikumpulkan selama sebulan terakhir, saat varian Delta menyebar ke seantero negeri zionis.
Padahal dua minggu lalu, Kemenkes Israel mengatakan efektivitas vaksin tersebut pada pasien bergejala (simptomatik) mencapai 64 persen dan melawan penyakit serius pada level 93 persen.
Namun, beberapa pakar kesehatan yang berkonsultasi dengan kementerian itu telah memperingatkan bahwa data tersebut mungkin terlalu 'terdistorsi', karena penelitian dilakukan di titik panas dan diantara kelompok lanjut usia (lansia), dibandingkan orang berusia muda dan yang telah divaksinasi.