Puan Maharani Ajak Masyarakat Pupuk Optimisme Hadapi Pandemi
Segala perbedaan harus dikesampingkan untuk bersama-sama melawan virus yang sudah menyusahkan sendi kehidupan selama dua tahun ini
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dan membangun optimisme di tengah pandemi Covid-19.
Kebesaran hati seluruh pihak untuk berempati dan berkontribusi positif sangat dibutuhkan dalam masa-masa sulit seperti saat ini.
“Tumbuhkan, pupuk, dan jaga selalu nyala api optimisme bangsa kita di tengah ancaman Covid-19.
Jangan saling tuding atau justru menyalahkan pihak-pihak yang sedang dan terus bekerja keras untuk menangani pandemic ini demi menyelamatkan anak bangsa,” kata Ketua DPR RI Puan Maharani dalam keterangannya, Rabu (26/7/2021).
Puan menegaskan, virus corona menginfeksi tanpa memandang suku, agama, ras, dan kelompok.
Oleh karenanya, segala perbedaan harus dikesampingkan untuk bersama-sama melawan virus yang sudah menyusahkan sendi kehidupan selama dua tahun ini.
Baca juga: Pakar Pendidikan Soroti Pentingnya Kemampuan Berbahasa Asing di Industri Ekonomi Kreatif
“Singkirkan segala perbedaan untuk menjawab persoalan kemanusiaan ini dengan berempati dan bergotong-royong.
Agar kita bisa melakukan yang terbaik untuk membantu menanggulangi wabah ini,” ujar mantan Menko PMK itu.
Hasil riset Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) yang dilakukan pada 26 Mei hingga 2 Juni 2021 menunjukkan tingkat resiliensi orang Indonesia pada berbagai tingkat usia cenderung redah.
Padahal, resiliensi masyarakat saat ini sangat diperlukan untuk menghadapi tekanan dan ketidakpastian selama masa pandemi.
Dalam penelitian yang dilakukan secara daring tersebut, daya tahan psikis sebagian besar responden turun dengan cepat setelah mengalami peristiwa emosional yang signifikan. Selain itu, sebagian besar responden tidak tahan terhadap stress maupun sakit.
Sebagian besar responden yang diteliti sulit membuat strategi untuk kembali ke keadaan normal setelah mengalami situasi sulit dan terpukul.
Bahkan, tidak sedikit yang pesimistis dalam memandang masa depan. Kondisi itulah yang menggambarkan tingkat kapasitas psikologis individu untuk bangkit kembali dari kesulitan, konflik, ketidakpastian, ataupun kegagalan masyarakat cenderung rendah.