Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Saran Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Jika Indonesia Hendak Longgarkan PPKM

Penanganan Covid-19 di India dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelonggaran PPKM.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ini Saran Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Jika Indonesia Hendak Longgarkan PPKM
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
PENERAPAN GANJIL GENAP - Pemberlakuan aturan ganjil genap kembali diberlakukan di masa perpanjangan PPKM Level 4 menggantikan penyekatan jalan yang mulai diberlakukan mulai 12 hingga 16 Agustus 2021) ini. Hal.ini dilakukan sebagai salah satu cara menekan mobikilitas warga di 8 ruas jalan di ibukota. Salah satunya diberlakukan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, seperti tetlihat dalam gambar, Kamis (12/8/2021). WARTA KOTA/NUR ICHSAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia diharapkan berkaca pada penanganan kasus Covid-19 di India.

Meski tidak bisa dibandingkan setara dengan India, penanganan Covid-19 di India dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelonggaran PPKM.

Seperti yang dikisahkan Mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang pernah tinggal di India selama 5 tahun, Prof Tjandra Yoga Aditama.

Ia memaparkan pada 8 Februari 2021 kasus baru di India adalah 9.110 kasus dan kemudian 8 April menjadi 131.968 kasus.

"Naik lebih 10 kali lipat pada April," ujarnya melalui pesan tertulis yang diterima, Senin (16/7/2021).

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Covid-19 di pedulilindungi.id atau via Aplikasi PeduliLindungi

India pun gencar meningkatkan tes dan telusur sampai 2,2juta per hari serta melakukam vaksinasi sampai 8 juta sehari.

"Karena penduduk Indonesia sekitar seperempat India maka angka itu kira-kira analogi dengan 550 ribu tes sehari dan 2 juta vaksinasi sehari," terang pakar ilmu kesehatan FKUI ini.

Berita Rekomendasi

Selain itu beberapa kota di India melakukan pembatasan sosial sampai lockdown.

Misalnya New Delhi Ibukota India mulai menerapkan lockdown total pada 17 April 2021.

Ada pula kota Mumbai yang memulai lockdown pada 21 April, setelah seminggu sebelumnya memberlakukan jam malam, menutup mall, bioskop dan aktivitas publik lainnya.

"Dengan berbagai kegiatan itu maka tentu kasus tidak akan langsung turun, masih naik sampai 3 minggu lagi dan mencapai puncaknya pada 6 Mei 2021, sebanyak 414.188 kasus baru, baru kemudian menurun," jelas Prof Tjandra.

Sesudah 1 bulan pada 6 Juni 2021 kasus baru turun menjadi 100.636 atau turun seperempat kali lebih kecil dari saat puncak kasus.


Lalu, sesudah 2 bulan dari puncak kasus maka pada 6 Juli 2021 sudah menjadi 43.733 kasus baru, turun 10 kali lipat.

Ketika kasus sudah turun sekitar hampir seperempat dari kasus angka yang paling tinggi maka beberapa kota mulai melonggarkan lockdownnya.

"Pemerintah New Delhi pada 31 Mei 2021 mulai melakukan pelonggaran, mereka sebut sebagai “unlocking process” sesudah sekitar 1,5 bulan menjalani lockdown," katanya lagi.

Juga dilakukan kota Mumbai, setelah lebih dari 1,5 bulan lockdown maka pada 6 Juni 2021 juga mengumumkan memulai pelonggaran dalam 5 tahap, yang mereka sebut sebagai “5 step unlock plan”.

"Sekali lagi, tentu perbandingannya tidak bisa “apple to apple”, tapi proses pelonggaran lockdown di New Delhi dan Mumbai mungkin dapat jadi salah satu bahan pertimbangan untuk keputusan malam ini," harapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas