Menkes Akui 5 Bulan Kedepan Vaksinasi Covid-19 Berat , Prioritaskan Suntikan di Daerah Kasus Tinggi
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui, kegiatan vaksinasi Covid-19 selama 5 bulan ke depan berat.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui, kegiatan vaksinasi Covid-19 selama 5 bulan ke depan berat.
Diketahui, hingga akhir tahun 2021 Kementerian Kesehatan ditargetkan menyelesaikan program vaksinasi dengan jumlah sasaran 208 juta jiwa masyarakat Indonesia.
"Kegiatan vaksinasi kita akan jauh lebih tinggi, lebih berat, di bulan-bulan ini dibandingkan dengan 7 bulan yang pertama," ujar Budi dalam konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2022, Senin (16/8/2021).
Baca juga: Menkes Bicara Pandemi Covid-19, Tak Jamin di Masa Depan Lepas dari Virus Corona
Baca juga: Percepatan Vaksinasi Masyarakat Indonesia Bakal Didukung Dokter Gigi Seluruh Indonesia
Mantan wakil menteri BUMN ini mengatakan, vaksin yang dipesan akan banyak berdatangan mulai Agustus hingga akhir tahun.
Jika dibandingkan 7 bulan sebelumnya, jumlah vaksin yang tiba sekitar 90 juta dosis.
"Bulan Agustus saja mungkin sekitar 70 juta dosis yang datang dan bulan September rencananya bisa 80 juta dosis yang datang," imbuhnya.
Sejauh ini ia mengatakan, provinsi seperti DKI Jakarta dan Bali telah mencapai penetrasi yang cukup tinggi dari vaksinasi.
Sementara itu, provinsi - provinsi lain harus mengejar target capaian suntikan vaksin.
"Sekarang kita akan mengejar provinsi-provinsi yang memang tingkat kematiannya tinggi, kasus yang tinggi, kita akan prioritaskan untuk mendapatkan vaksinasi," jelas Budi.
Menkes Tak Jamin di Masa Depan Lepas dari Virus Corona
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, pandemi seperti Covid-19 sangat mungkin terjadi kembali di masa depan.
Ia mengatakan, virus SARS-COV2 muncul setelah penyakit pernafasan akut terjadi pada tahun 2003 dengan virus SARS-COV1.
"Pandemi ini memberikan pengalaman yang berharga bagi kita. Bahwa memang sistem kesehatan yang kita bangun membutuhkan transformasi agar kalau pandemi ini datang kepada anak kita, cucu kita, kita siap," ujar Budi dalam konferensi pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2022, Senin (16/8/2021).
Mantan wakil menteri BUMN ini mengungkapkan, virus SARS-COV2 memiliki sifat yang lebih menular ketimbang virus SARS-COV1.
"Tidak ada yang bisa menjamin bahwa SARS-COV3 dan SARS-COV4 tidak akan mungkin muncul.
Mungkin akan muncul di zamannya anak kita, atau mungkin akan muncul di zamannya cucu kita," ungkap dia.
Sehingga sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi di masa mendatang.
Oleh karena itu, tengah dilakukan enam upaya perbaikan sistem kesehatan di Indoensia.
Pertama, melakukan transformasi layanan primer.
Kedua,melakukan transformasi layanan rujukan.
Ketiga, melakukan transformasi sistem ketahanan kesehatan.
Keempat, melakukan transformasi sistem pembiayaan kesehatan.
Kelima, melakukan transformasi SDM kesehatan.
Dan keenam, melakukan transformasi teknologi kesehatan.
"Adalah tugas kita untuk mempersiapkan mereka anak cucu kita," harap Budi.