Kenali Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19 dan Bahayanya Bagi Tubuh
Perlu perhatian khusus adalah ketika pasien yang terinfeksi Covid-19 mengalami Happy Hypoxia. Terlihat baik-baik saha, tapi pasien kekurangan oksigen.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus SARS-CoV-2 dapat berdampak pada seluruh organ tubuh. Namun, saluran pernapasan dianggap paling rentan menghadapi Covid-19 ini.
Hal ini dipaparkan oleh Ahli Histologi Kedokteran di Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Ahmad Aulia Jusuf, AHK, PhD
Tidak jarang pada gejala yang cukup lanjut, pasien terinfeksi Covid-19 sudah terjadi radang di paru-paru. Gejala yang timbul biasanya sesak napas dari ringan hingga berat.
Saat dibawa ke rumah sakit, pada gejala sesak nafas, biasanya akan di berikan oksigen ke hidung.
Namun jika gejala berlanjut lebih berat, maka mau tidak mau dibantu dengan ventilator.
Di samping itu, pasien juga akan diberikan obat-obatan untuk mengurangi radang paru-paru.
Hal lain yang lebih serius saat pasien mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia.
Baca juga: Paru-paru Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Ahli
Baca juga: Di Singapura, Masa Karantina Bagi yang Terpapar Covid-19 Dipangkas dari 14 Hari Menjadi 10 Hari
Sesuatu yang perlu perhatian khusus adalah ketika pasien yang terinfeksi Covid-19 mengalami Happy Hypoxia. Sama-sama terjadi penurunan saturasi oksigen di dalam darah.
Hanya saja, orang yang mengalami Happy Hypoxia terlihat baik-baik saja.
Biasanya orang dengan kondisi kadar oksigen menurun dalam darah seperti sesak napas, terengah-engah, sakit kepala dan gelisah.
Baca juga: Covid-19 Varian Mu Jangan Dianggap Sepele, Segera Perketat WNA Masuk ke Indonesia
Atau sebagian dari tubuh terlihat kebiruan. Namun, pada orang yang mengalami happy hipoksia justru nampak normal.
"Pasien kelihatan tidak begitu sesak. Tapi saturasi rendah setelah diukur. Ini kita panggil dengan Happy Hypoxia. Hal ini lah yang sering menyebabkan penderita terlambat datang ke rumah sakit," ungkapnya pada siaran radio RRI, Jumat (9/9/2021).
Kalau tidak segera diobati, dapat berdampak berbahaya hingga berujung pada kematian.