Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemerintah Perlu Pertimbangkan Pemberian Vaksinasi Janssen di Luar Jawa, Ini Alasannya

Vaksin sekali suntik dari Johnson & Johnson ini dianggap sangat pas diberikan pada masyarakat yang berada di luar Jawa. Mengapa? Simak alasannya.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Pemerintah Perlu Pertimbangkan Pemberian Vaksinasi Janssen di Luar Jawa, Ini Alasannya
Frederic J. BROWN / AFP
Botol vaksin Johnson and Johnson Janssen Covid-19 dosis tunggal.Pemerintah Perlu Pertimbangkan Pemberian Vaksinasi Janssen di Luar Jawa, Ini Alasannya 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Indonesia telah menerima 500 ribu dosis vaksin Janssen dari Belanda pada Sabtu (11/9/2021).

Empat hari sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah memberikan izin penggunaan darurat. Atau EUA (Emergency Use Authorization) untuk penyuntikan vaksin ini.

Vaksin Janssen ini diproduksi oleh perusahaan farmasi Johnson & Johnson ini ditujukan bagi masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas.

Baca juga: Oknum Dokter Jual Vaksin Covid-19 Padahal Digratiskan oleh Pemerintah

Baca juga: Beban Kerja Vaksinasi Penyandang Disabilitas Lebih Ringan Jika Gunakan Vaksin Janssen, Ini Alasannya

Vaksin ini diberikan dengan dosis tunggal sebanyak 0,5 mililiter.

BPOM sudah menguji tingkat efektivitas vaksin ini, bisa mencegah gejala Covid-19 secara keseluruhan sebesar 67,2 persen.

Keunggulan lain vaksin ini adalah hanya perlu disuntikkan satu kali saja.

Berita Rekomendasi

Namun, Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono, menyatakan vaksin hanya diberikan kepada wilayah aglomerasi di Pulau Jawa yang masih rendah vaksinasinya.

Namun menurut Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia, Hamid Abidin, penggunaan vaksin sekali suntik dari Johnson & Johnson ini pdiberikan pada masyarakat yang berada di luar Jawa.

Seorang petugas kesehatan menyortir sampel darah untuk studi vaksinasi Covid-19 di Center for Pediatrics Infectology Studies (CEIP) di mana perusahaan farmasi Janssen, dari Johnson & Johnson, sedang mengembangkan studi fase 3 vaksin di Cali, Kolombia pada 26 November, 2020.
Seorang petugas kesehatan menyortir sampel darah untuk studi vaksinasi Covid-19 di Center for Pediatrics Infectology Studies (CEIP) di mana perusahaan farmasi Janssen, dari Johnson & Johnson, sedang mengembangkan studi fase 3 vaksin di Cali, Kolombia pada 26 November, 2020. (Luis ROBAYO / AFP)

Karena akan membuat vaksinasi lebih efisien. Karena tak perlu dua kali penyelenggaraan vaksinasi.

Dari pengalaman selama ini, menggelar vaksinasi di luar Jawa bukan hal mudah.

Berbagai faktor menjadi hambatan di antaranya jarak, kondisi jalan, hingga sarana transportasi. Hal ini tentu bisa menyurutkan minat warga untuk mengikuti program vaksin.

"Efisiensi ini bermanfaat bagi pemerintah dan penerima vaksin," ungkap Hamid dalam keterangan resmi, Rabu (15/9/2021).

Selain itu, Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Rukka Sombolinggi menyebut vaksi ini lebih cocok digunakan di daerah yang warganya tinggal jauh dari kota.

Misalnya masyarakat adat, di mana akses angkutan kendaraan minim. Contohnya saja seperti Meratus, Kalimantan Selatan, orang harus berjalan kaki dua hari demi menempuh jarak ke tempat vaksin.

“Jika mereka hanya perlu sekali vaksin, akan sangat membantu,” kata Rukka.

Contoh lain adalah di Jambi. Warga di Desa Lubuk Mandarsah, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo. Warga harus menempuh perjalanan 4 jam hanya untuk ke pusat kota kecamatan.

Belum lagi jika cuaca sedang turun hujan, maka jalanan berubah jadi lumpur yang susah dilewati. Lalu di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Banyak warga yang sudah susah payah menuju lokasi vaksinasi, gagal divaksin karena mabuk akibat perjalanan jauh dengan mobil bak terbuka.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas