BREAKING NEWS: Kasus Positif Covid-19 di RI Bertambah 1.932, Menurun Dibandingkan Kemarin
Pada hari ini ada penambahan sebanyak 1.932 kasus. Sementara pada Minggu kemarin, kasus positif Covid-19 bertambah 2.234 kasus.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus positif Covid-19 di Indonesia kembali bertambah.
Hanya saja pada hari ini, Senin 19 September 2021, jumlah kasus harian covid menurun cukup signifikan.
Pada hari ini ada penambahan sebanyak 1.932 kasus. Sementara pada Minggu kemarin, kasus positif Covid-19 bertambah 2.234 kasus.
Angka ini anjlok jika dibandingkan dengan rekor tertinggi Covid-19 terjadi pada 15 Juli 2021 sebanyak 56.757 kasus dalam sehari.
Sementara untuk kasus yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini tercatat 6.799 orang. Sehingga total sebanyak 3.996.125 orang sembuh.
Baca juga: Laos Lockdown Ibu Kota Saat Kasus Covid-19 Capai Rekor Tertinggi
Selain itu, kasus kematian kembali bertambah 166 orang. Sehingga total meninggal menjadi 140.634 orang.
Pfizer
Indonesia kedatangan vaksin Pfizer yang merupakan donasi pemerintah Amerika Serikat melalui COVAX Facility sebanyak 1.140.750 dosis vaksin jadi pada Minggu (19/9/2021).
Ini merupakan kedatangan tahap ke-69, sehingga total vaksin yang telah tiba di Indonesia mencapai 257.350.400.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate menjelaskan, pengiriman tahap ketiga pemerintah AS ini merupakan bagian dari 4.644.900 dosis tambahan melalui dose-sharing mechanism.
Sebelumnya, Indonesia juga telah menerima dukungan dose-sharing vaksin Pfizer dari Pemerintah AS, yaitu sebesar 2.632.500 dosis yang masing-masing dikirim dalam dua tahap, yaitu pada 16 September sejumlah 877.500 dan pada 17 September 1.755.000 dosis.
Baca juga: Genjot Vaksinasi Jelang World Superbike, NTB Butuh 1,3 Juta Dosis Vaksin Covid-19
Rencananya tahap keempat sebesar 871.650 akan tiba 23 September.
"Jika dijumlah keseluruhan dengan vaksin Moderna yang sudah tiba di Indonesia sebesar 8.000.160, maka dukungan dose-sharing Pemerintah AS akan berjumlah 12.645.060 dosis," kata Johnny.
Kerja sama internasional, baik bilateral maupun multilateral berperan besar dalam upaya penanganan Covid-19. Indonesia juga turut aktif dalam upaya penyetaraan akses vaksin di dunia.
Ia menegaskan, pemerintah sejak awal telah membangun dan menjalin diplomasi dengan banyak negara, yang salah satunya berwujud bantuan vaksin untuk kepentingan program vaksinasi nasional. Dia yakin, dengan amannya ketersediaan
"Pemerintah membutuhkan dukungan masyarakat untuk menyukseskan program vaksinasi nasional. Karenanya, pemerintah mengajak seluruh masyarakat untuk segera divaksinasi, dengan vaksin yang ada, tidak perlu pilih-pilih vaksin karena semua vaksin aman dan berkhasiat,"ungkapnya.
Penelitian Kelelawar Kamboja Dilakukan Demi Misi 'Lacak Asal Usul Covid-19'
Para peneliti telah mengumpulkan sampel dari kelelawar di wilayah Kamboja utara dalam upaya untuk memahami pandemi virus corona (Covid-19),
Penelitian ini mengambil sampel di wilayah di mana virus yang sangat mirip 'pernah ditemukan' pada hewan tersebut satu dekade lalu.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (20/9/2021), dua sampel dari kelelawar tapal kuda sebelumnya telah dikumpulkan pada 2010 di provinsi Stung Treng yang berdekatan dengan Laos.
Sampel tersebut pun disimpan dalam freezer di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh.
Sementara itu, tes yang dilakukan pada kelelawar tahun lalu mengungkapkan kerabat dekat dengan virus corona yang telah menewaskan lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia.
Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang ini telah mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, serta detail lainnya selama sepekan.
Penelitian serupa juga sedang dilakukan di negara Asia Tenggara lainnya, Filipina.
"Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Covid-19," kata koordinator lapangan Thavry Hoem, sambil memegang jaring untuk menangkap kelelawar.
Baca juga: Virus Mirip SARS Cov-2 Ditemukan Pada Kelelawar Inggris
Spesies inang seperti kelelawar biasanya tidak menunjukkan gejala patogen, namun ini bisa sangat merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lainnya.
Kepala Virologi di IPC, Dr Veasna Duong mengatakan bahwa lembaganya telah melakukan empat perjalanan seperti itu dalam dua tahun terakhir demi mendapatkan petunjuk tentang asal usul dan evolusi virus yang ditularkan oleh kelelawar.
"Kami ingin mencari tahu apakah virus itu masih ada, dan kami juga ingin mengetahui bagaimana virus itu berevolusi," kata Dr Duong.
Perlu diketahui, ada sejumlah virus mematikan yang berasal dari kelelawar diantaranya Ebola dan virus corona lainnya seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) serta Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).
Namun Dr Duong menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas kehancuran yang disebabkan oleh Covid-19, karena gangguan dan perusakan terhadap habitat alami kelelawar.
"Kalau kita coba dekat-dekat dengan satwa liar, kemungkinan virus dibawa oleh satwa liar lebih besar dari biasanya. Kemungkinan virus itu bertransformasi hingga menginfeksi manusia juga tentu lebih besar," jelas Duong.
Seorang insinyur penelitian di unit virologi IPC, Julia Guillebaud menyampaikan bahwa proyek yang didanai Prancis ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana perdagangan satwa liar dapat berperan dalam munculnya pandemi.
"(Proyek) bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru tentang rantai perdagangan daging liar di Kamboja, mendokumentasikan keragaman betacoronavirus yang beredar melalui rantai ini, dan mengembangkan sistem deteksi dini yang fleksibel dan terintegrasi dari peristiwa penyebaran virus," kata Gillebaud.