Mendagri Tito Karnavian Imbau Masyarakat Tidak Euforia Sikapi Turunnya Kasus Positif Covid-19
Tito Karnavian mengatakan, turunnya angka kasus positif Covid-19 jangan sampai membuat masyarakat larut dalam euforia.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
![Mendagri Tito Karnavian Imbau Masyarakat Tidak Euforia Sikapi Turunnya Kasus Positif Covid-19](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/menteri-dalam-negeri-tito-karnavian-di-ge.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengatakan, turunnya angka kasus positif Covid-19 jangan sampai membuat masyarakat larut dalam euforia.
Hal itu disampaikannya di hadapan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Palu, Jumat (24/9/2021).
Mendagri mengatakan indikator yang menunjukkan perbaikan dalam penanganan Covid-19 tidak lantas menjadikan masyarakat berpuas diri.
Untuk itu, pelonggaran yang dilakukan juga mesti bertahap, berlanjut, dan bertingkat.
"Justru landai saat seperti ini semua stakeholder, baik provinsi maupun kabupaten/kota harus mempersiapkan skenario jika ada gelombang varian baru," kata Tito.
Mendagri melanjutkan, skenario yang dibuat pemerintah pusat tetap sama, di antaranya meningkatkan kapasitas kesehatan, seperti ketersediaan obat dan oksigen, serta tempat isolasi terpusat (ISOTER) bagi penderita Covid-19.
Baca juga: 7 Tips Cegah Bayi Agar Tidak Terpapar Covid-19
Untuk masalah pendataan, Tito mengimbau agar jangan sampai terjadi lagi kesalahan pada proses input terkait angka-angka yang
menjadi indikator penanganan.
Sebab, kata Mendagri, hal itu berkaitan dengan status level yang akan ditetapkan pada daerah tersebut.
"Data perlu di-cleansing, dilaporkan dengan real, real dalam minggu itu," kata Mendagri.
Baca juga: Indonesia Capai Benchmark Vaksinasi Covid-19 yang Ditetapkan WHO
Tito menilai, permasalahan penanganan Covid-19 pada daerah padat penduduk juga mesti dicermati dengan baik. Contohnya: Kota Palu, Poso, Toli-Toli, Donggala, dan Banggai.
Sebab, pada daerah padat penduduk tersebut memiliki risiko terjadinya penularan dengan cepat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.