Vaksin Moderna Dihentikan Sementara di Eropa, Waspada Jika Alami KIPI Nyeri Dada dan Sulit Bernapas
Di beberapa negara Eropa vaksinasi Moderna disetop sementara, lantaran ada laporan peningkatan kasus miokarditis atau peradangan jantung.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Di beberapa negara Eropa vaksinasi Moderna disetop sementara, lantaran ada laporan peningkatan kasus miokarditis atau peradangan jantung.
Negera seperti Islandia, Finlandia, maupun Swedia menghentikan sementara vaksinasi Moderna untuk usia muda atau di bawah 30 tahun.
Di Indonesia sendiri ditegaskan oleh Juru bicara (Jubir) vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi penyuntikan vaksin Moderna tetap dilakukan, lantaran sampai saat ini belum ada perubahan rekomendasi dari Komnas KIPI dan Badan POM.
Baca juga: Khawatir Efek Samping, Penggunaan Vaksin Moderna Dihentikan di Swedia dan Denmark
Baca juga: Moderna Sebut Perlindungan Vaksin Berkurang, Bikin Alasan Demi Adakan Booster
"Masih digunakan vaksin Moderna. Komnas KIPI dan BPOM belum ada perubahan rekomendasi," ujar Nadia dalam pesan singkat yang diterima, Senin (11/10/2021).
Hal yang juga disampaikan oleh Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari.
Sejaun ini, KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi terkait vaksin Moderna masih bersifat ringan.
"Sampai dengan saat Ini belum ada laporan KIPI Moderna berupa miokarditis dan perikarditis, dan tidak ada yang berat," ujarnya saat dikonfirmasi .
Namun ia mengingatkan, penerima vaksin Moderna harus mewaspadai jika mengalami KIPI seperti gejala nyeri dada, kesulitan bernapas, atau berdebar.
"Segera berobat ke dokter, biasanya sembuh dengan pengobatan," pesan Prof Hindra.
Ia pun buka suara terkait penghentian sementara di negara-negara di Eropa itu.
"Bukan hanya di Indonesia (vaksinasi Moderna dilanjutkan), di Eropa pun masih dilanjutkan, karena European Medical Agency (EMA) masih mengkaji laporan dari Nordvick study yang memerlukan waktu sebulan," jelas Prof Hindra.