Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Minta Pemerintah Tak Asal Bicara Soal Covid-19 Delta Plus 

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto meminta pemerintah jangan asbun (asal bunyi) terkait Covid-19 varian Delta Plus.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Minta Pemerintah Tak Asal Bicara Soal Covid-19 Delta Plus 
Andri/Man (dpr.go.id)
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto meminta pemerintah jangan asbun (asal bunyi) terkait Covid-19 varian Delta Plus

Apalagi ketika mengaitkan dengan kebijakan kewajiban PCR bagi masyarakat. 

Menurut Wakil Ketua Fraksi PKS ini penjelasan soal Covid-19 varian Delta Plus harusnya disampaikan oleh otoritas kesehatan berbasis bukti (evidence based) yang obyektif.

Bukan disampaikan oleh menteri yang ramai di publik diduga punya saham di perusahaan importir alat tes PCR

Dengan demikian publik yakin bahwa info yang disampaikan benar-benar akurat dan objektif dan bukan untuk kepentingan kelompok bisnis tertentu. 

"Kita ragu atas info tersebut karena University of Oxford maupun WHO mengatakan, bahwa kecepatan penyebaran maupun efek terhadap imunitas manusia dari varian delta plus ini masih belum clear dan belum cukup data," kata Mulyanto kepada wartawan, Rabu (10/11/2021).

Baca juga: Kemenkes Sudah Temukan 22 Mutasi Covid-19 Varian Delta di Indonesia

Berita Rekomendasi

"Semakin ragu lagi karena info ini disampaikan oleh Menteri Luhut Binsar Panjaitan, yang ramai di publik diketahui punya bisnis tes PCR. Apalagi ujung-ujungnya muncul statemen kewajiban uji PCR untuk menghadapi varian delta plus Covid-19 ini. Apa hubungannya?Jangan-jangan hanya sekedar pembenaran untuk bisnis PCR," imbuhnya. 

Karena itu, Mulyanto mendesak pemerintah konsisten menerapkan kebijakan berbasis riset (reserach based policy), agar berbagai program penanggulangan Covid-19 ini dapat berjalan secara efektif dan efisien.  

"Jangan sampai menghamburkan sumber daya bangsa untuk hal yang tidak perlu, atau malah hanya sekedar memberi cuan pada pengusaha nakal," ujarnya. 

Untuk diketahui dilaporkan bahwa 93 persen dari kasus Covid-19 dengan varian delta plus terjadi di Inggris.

Baca juga: Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Jangan Lengah, Sub Varian Delta Masih Ada dan Lebih Menular

Dua orang mahasiwa Malaysia yang baru pulang dari Inggris baru-baru ini dikabarkan terinfeksi varian delta plus.

Kemenkes temukan 22 mutasi varian delta

Covid-19 varian delta terbukti telah banyak bermutasi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, di Indonesia telah ditemukan 22 mutasi varian Delta.

"Ada kurang lebih dari B.16.17:2 yang kita kenal sebagai varian Delta sudah punya turunannya 22 yang sudah kita identifikasi di Indonesia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi dalam Dialog Produktif Kamis, Kamis (4/11/2021).

Temuan tersebut menjadi kewaspadaan pemerintah mencegah agar tak berkembang lebih lanjut.

Nadia mengatakan, di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur melaporkan adanya varian Delta. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan varian Delta terbanyak.

"Yang paling tinggi memang seperti DKI Jakarta itu 1.300 sudah terdeteksi varian Delta, Jawa Tengah itu ada sekitar 300-an Jawa Barat itu ada 700-an varian Delta yang sudah dilaporkan," imbuhnya.

Kewaspadaan tak hanya dilakukan di kota-kota besar yang ditemukan varian Delta. Nadia menyebut, kota dan daerah lainnya juga tetap diantisipasi munculnya varian Delta ataupun mutasi varian Delta.

Baca juga: Varian Corona AY.4.2, Varian Baru Turunan Delta yang Menyebabkan Kasus di Inggris Melonjak

Maka itu, pemerintah terus menggencarkan displin protokol kesehatan meski kini angka positivity rate di Indonesia sudah berada di bawah 1 persen.

Pemerintah juga mendorong daerah-daerah di luar Jawa dan Bali untuk menerapkan PeduliLindungi untuk memperkuat protokol kesehatan.

Baca juga: Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Jangan Lengah, Sub Varian Delta Masih Ada dan Lebih Menular

"Seperti di tempat pariwisata di tempat tempat penginapan atau hotel penerapan PeduliLindungi menjadi salah satu keharusan," ungkapnya.

"Karena dengan ini kita bisa mendeteksi sebenarnya orang yang positif Covid-19 tapi tidak bergejala atau orang yang kontak erat yang seharusnya tidak berada di tempat publik itu bisa dicegah untuk melakukan aktivitas di tempat publik," ujar Nadia.

Baca juga: Kemenkes Ungkap Ada 23 Jenis Virus Corona Varian Delta di Indonesia, Berikut Daftarnya

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong testing dan tracing untuk bisa mencapai target. Saat ini, testing dan tracing di level nasional sudah mencapai 41.000 per minggu. Dan terakhir vaksinasi juga terus dikejar pemerintah.

Ketua Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Masdalina Pane mengatakan, pada dasarnya varian mutasi Delta yaitu Delta Plus sudah ada di Indonesia.

Hanya saja, Masdalina menyebut, untuk varian Delta Plus yang menjadi concern yaitu AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia.

Ia berharap, varian AY.4.2 tidak masuk ke Indonesia. Varian Delta dan Delta plus memiliki reproduktif number yang lebih tinggi dari varian lainnya antara 6-8.

Hal tersebut yang membuat varian Covid-19 ini memiliki tingkat penularan yang cukup cepat.

"Jadi satu kasus bisa tularkan 6-8 orang. Bahkan dalam masa inkubasi 2-14 hari dia baru terinfeksi sudah dapat menularkan jadi ngga nunggu 2 hari terinfeksi sudah dapat menularkan. Jadi lebih cepat menularkan dan lebih banyak," kata Nadia.

Editor: Khomarul Hidayat

Artikel ini tayang di Kontan.co.id dengan judul Waduh, Kemenkes sebut 22 mutasi Covid-19 varian Delta sudah ditemukan di Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas