Strategi Pemerintah Tekan Laju Penularan Covid-19 di Indonesia, Prokes, Deteksi Dini dan Vaksinasi
Kemenkes melakukan sejumlah strategi untuk menekan laju penularan Covid-19 di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pedoman dari World Health Organization
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan sejumlah strategi untuk menekan laju penularan Covid-19 di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pedoman dari World Health Organization (WHO).
"Bagaimana kita bisa mengurangi laju penularan? strateginya WHO juga sudah share ini ke seluruh negara. Tiga strategi untuk orang sehat, satu strategi yang diarahkan kalau sudah sakit," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi daring dalam kanal PKS TV pada Sabtu (13/11/2021).
Baca juga: Varian Delta Sudah Bermutasi Jadi 25 Anak dan Cucunya, di Indonesia Paling Banyak AY.23 dan AY.4
Baca juga: Varian Baru Delta Terdeteksi di Malaysia dan Singapura, Bagaimana Kesiapan Bandara RI?
Untuk strategi orang sehat, kata Budi, strategi pertama atau perubahan perilaku.
Strategi ini biasa akrab dengan penjagaan protokol kesehatan atau perilaku memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).
"Perubahan perilaku atau prokes atau 3M. Kembali lagi tujuannya untuk mengurangi laju penularan.
Misal, kalau kita pakai masker misalnya itu bisa mengurangi 95 persen dari laju penularannya. Sama juga strategi surveillance atau deteksi atau 3T," ungkap dia.
Kemudian, strategi kedua adalah strategi deteksi dini atau strategi surveillance. Strategi ini biasa tes Covid-19 testing, tracing dan treatment.
"Kenapa kita ingin bisa tes cepat karena kita tahu siapa yang tertular dan kita cari kontak eratnya dites lagi supaya tahu dia tertular apa enggak karena kalau sudah tahu dia tertular kita bisa isolasi sehingga kalau diisolasi bisa mengurangi laju penularan," jelasnya.
Kemudian, startegi ketiga adalah strategi vaksinasi. Menurut Budi, vaksinasi memang tidak membuat masyarakat menjadi kebal, akan tetapi bisa meminimalisir penularan dan dampak dari Covid-19.
"Vaksinasi itu tidak membuat kita kebal tapi membuat tubuh kita antibodinya siap. Kalau virusnya masuk sehingga masa infeksius virusnya juga kita bisa menjadi lebih singkat yang tadinya 10 hari tapi karena antibodi tubuh kita baik itu bisa membunuh virusnya dengan cepat virusnya mungkin ada di dalam tubuh kita cuma 3 hari atau 4 hari," terang dia.
Di sisi lain, kata Budi, strategi terakhir adalah strategi perawatan untuk tangani masyarakat yang terlanjur telah tertular Covid-19. Namun, strategi ini hanya bersifat antisipatif terhadap masyarakat yang tertular virus Corona.
"Sebenarnya strategi ini ada strategi yang sudah kepepetlah, sudah terlambat. Karena kita tidak bagus atau tidak siap. Nah, strategi ini namanya perawatan. Jumlah rumah sakitnya ada dokternya, obatnya cukup apa enggak, oksigennya, ventilatornya, dan lain sebagainya. Kalau sudah masuk ke tahap ini sebenarnya sudah terlambat. Yang paling bagus adalah jangan sampai dia sakit. Menjaga orangnya supaya tetap sehat," ungkap dia.
Budi meyakini strategi tersebut telah berhasil mengendalikan angka penularan Covid-19 di Indonesia. Hal itu terlihat dari angka penularan virus yang turun drastis.