Ahli Virologi Rusia Beberkan Tanda-tanda 'Kelemahan' Varian Omicron
Banyaknya mutasi pada Omicron merupakan tanda bahwa varian itu memiliki 'genom yang tidak stabil'. Itu membuatnya sulit sebabkan penyakit pada pasien.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Seorang ilmuwan Rusia yang menciptakan vaksin Sputnik V telah menjelaskan, bahwa struktur varian baru virus corona (Covid-19) Omicron menunjukkan bahwa varian itu 'bisa sangat menular, namun kurang mematikan'.
Banyaknya mutasi pada Omicron merupakan tanda bahwa varian itu memiliki 'genom yang tidak stabil' yang membuatnya lebih sulit untuk bisa menyebabkan penyakit pada pasien.
Pernyataan ini disampaikan Kepala Peneliti di Institut Penelitian Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya Rusia, Profesor Anatoly Altshtein.
Baca juga: Gejala Omicron, Ini Bedanya Gejala Varian Delta dengan Varian Baru Virus Corona Omicron
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 2 Desember 2021: Tambah 311 Positif, Total 4.256.998 Kasus
Baca juga: Peduli Masyarakat Terdampak Covid-19, PMN Bagikan Sembako dan Kampanyekan Protokol Kesehatan
"Jika itu benar, kemungkinan besar itu adalah virus yang melemah. Varian itu bisa memiliki transmisi yang baik, namun juga bisa memiliki patogenisitas yang sangat berkurang," kata Prof Altshtein.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (2/12/2021), Altshtein menunjukkan fakta bahwa sejauh ini sebagian besar pasien yang diketahui terinfeksi Omicron menunjukkan gejala ringan.
Ini tentu memberikan harapan bahwa varian baru ini kemungkinan memang lebih menular, namun bersifat kurang mematikan dibandingkan varian sebelumnya.
"Itulah mengapa saya percaya tidak ada bahaya besar dalam varian virus ini. Namun itu hipotesis saya, belum terbukti," jelas Prof Altshtein.
Peneliti menambahkan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk mempelajari Omicron dan bagaimana varian itu bisa mempengaruhi semua kelompok populasi, termasuk orang tua.
Sebelumnya, mutasi strain baru yang muncul kali pertama di Afrika Selatan ini telah memicu kekhawatiran diantara para ahli di seluruh dunia.
Namun, ada yang menyampaikan bahwa tidak ada alasan untuk panik dalam menghadapi varian ini
Seorang Ilmuwan Genom dan Ahli Epidemiologi di Universitas Washington dan Pusat Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Trevor Bedford mengatakan pada Senin lalu bahwa Omicron tidak memiliki banyak mutasi varian delta yang mematikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa Omicron berpotensi menjadi lebih kebal vaksin dibandingkan varian sebelumnya.
Baca juga: Kebingungan Jadwal Para Pejabat Jepang, Jadi Mengambang Gara-gara Omicron
Namun vaksin yang ada saat ini kemungkinan akan memiliki 'perlindungan' terhadap risiko penyakit parah dan kematian.
Saat Omicron terus menyebar, ada lebih banyak negara merekomendasikan pemberian vaksinasi untuk kelompok anak-anak.
Regulator Uni Eropa (UE), yakni European Medicines Agency (EMA) menyetujui penggunaan vaksin Pfizer untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun pada minggu lalu.
Sementara otoritas kesehatan di Rusia mendaftarkan telah Sputnik M, vaksin yang dirancang khusus untuk anak-anak berusia 12 hingga 17 tahun.
Wakil Kepala Pusat Gamaleya, Denis Logunov mengatakan pada pekan lalu bahwa vaksin Sputnik telah menunjukkan respons kekebalan yang lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Begitu pula Altshtein, yang juga mengatakan bahwa Sputnik M aman untuk anak-anak.