WHO Sarankan Tidak Gunakan Plasma Darah untuk Pasien Covid-19
WHO) pada Senin kemarin menyarankan agar tidak menggunakan plasma darah pasien yang telah pulih dari virus corona untuk merawat yang masih terinfeksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin kemarin menyarankan agar tidak menggunakan plasma darah pasien yang telah pulih dari virus corona (Covid-19) untuk merawat mereka yang masih terinfeksi.
Menurut lembaga internasional tersebut, bukti saat ini menunjukkan plasma tidak meningkatkan kelangsungan hidup atau mengurangi kebutuhan pasien terhadap ventilator.
Baca juga: Menlu RI: 96 Negara Masih Belum Penuhi Target Vaksinasi WHO Jelang Akhir Tahun
Baca juga: Stok Plasma Konvalesen di PMI Membaik, Total Ada 7.444 Kantong
Hipotesis yang menjadi dasar untuk menggunakan plasma selama ini adalah bahwa antibodi yang dikandungnya dapat menetralkan virus corona baru, menghentikannya bereplikasi dan menghentikan kerusakan jaringan.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/12/2021), beberapa penelitian yang menguji plasma darah konvalesen tidak menunjukkan manfaat nyata untuk merawat pasien Covid-19 yang mengalami sakit parah.

Uji coba yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini pun dihentikan pada Maret lalu setelah ditemukan bahwa plasma tidak mungkin dapat membantu pasien Covid-19 bergejala ringan hingga sedang.
"Metode ini juga dianggap mahal dan membutuhkan waktu untuk dilakukan," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Senin kemarin.
WHO menyampaikan bahwa sebuah panel ahli internasional telah membuat rekomendasi kuat terhadap penggunaan plasma konvalesen pada pasien dengan penyakit tidak parah.
Mereka juga menyarankan untuk tidak menggunakan plasma ini pada pasien dengan penyakit parah dan kritis, kecuali dalam konteks uji coba terkontrol secara acak.
Rekomendasi yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) ini didasarkan pada bukti dari 16 uji coba yang melibatkan 16.236 pasien dengan infeksi Covid-19 yang tidak parah, parah, dan kritis.