Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Sarankan Tidak Gunakan Plasma Darah untuk Pasien Covid-19

WHO) pada Senin kemarin menyarankan agar tidak menggunakan plasma darah pasien yang telah pulih dari virus corona untuk merawat yang masih terinfeksi.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in WHO Sarankan Tidak Gunakan Plasma Darah untuk Pasien Covid-19
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung melakukan seleksi dengan mengambil sampel plasma darah dari penyintas Covid-19 (orang yang pernah menderita Covid-19 dan sembuh) yang akan mendonorkan plasma konvalesen di Kantor PMI Kota Bandung, Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021). PMI Kota Bandung mencatat hingga akhir 2020, penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasma konvalesennya sekitar 40 orang, sementara sekarang ini jumlah pengambilan plasma konvalesen dalam sehari sekitar 3-8 kali. Terapi plasma konvalesen dapat menjadi alternatif pengobatan bagi pasien positif Covid-19 kategori ringan dan berat, tapi tidak untuk yg kritis. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin kemarin menyarankan agar tidak menggunakan plasma darah pasien yang telah pulih dari virus corona (Covid-19) untuk merawat mereka yang masih terinfeksi.

Menurut lembaga internasional tersebut, bukti saat ini menunjukkan plasma tidak meningkatkan kelangsungan hidup atau mengurangi kebutuhan pasien terhadap ventilator.

Baca juga: Menlu RI: 96 Negara Masih Belum Penuhi Target Vaksinasi WHO Jelang Akhir Tahun

Baca juga: Stok Plasma Konvalesen di PMI Membaik, Total Ada 7.444 Kantong

Hipotesis yang menjadi dasar untuk menggunakan plasma selama ini adalah bahwa antibodi yang dikandungnya dapat menetralkan virus corona baru, menghentikannya bereplikasi dan menghentikan kerusakan jaringan.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (7/12/2021), beberapa penelitian yang menguji plasma darah konvalesen tidak menunjukkan manfaat nyata untuk merawat pasien Covid-19 yang mengalami sakit parah.

Penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (15-6-2021). PMI Kota Surakarta melayani warga yang mendonorkan plasma konvalesen dari pagi hingga pukul 21.00 setiap harinya. Kegiatan ini merupakan langkah dari Palang merah Indonesia (PMI) untuk memenuhi ketersediaan plasma darah diseluruh daerah di Jawa Tengah. (TRIBUNNEWS.COM/MUHAMMAD NURSINA)
Penyintas COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (15-6-2021). PMI Kota Surakarta melayani warga yang mendonorkan plasma konvalesen dari pagi hingga pukul 21.00 setiap harinya. Kegiatan ini merupakan langkah dari Palang merah Indonesia (PMI) untuk memenuhi ketersediaan plasma darah diseluruh daerah di Jawa Tengah. (TRIBUNNEWS.COM/MUHAMMAD NURSINA) (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/MUHAMMAD NURSINA)

Uji coba yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini pun dihentikan pada Maret lalu setelah ditemukan bahwa plasma tidak mungkin dapat membantu pasien Covid-19 bergejala ringan hingga sedang.

"Metode ini juga dianggap mahal dan membutuhkan waktu untuk dilakukan," kata WHO dalam sebuah pernyataan pada Senin kemarin.

Berita Rekomendasi

WHO menyampaikan bahwa sebuah panel ahli internasional telah membuat rekomendasi kuat terhadap penggunaan plasma konvalesen pada pasien dengan penyakit tidak parah.

Mereka juga menyarankan untuk tidak menggunakan plasma ini pada pasien dengan penyakit parah dan kritis, kecuali dalam konteks uji coba terkontrol secara acak.

Rekomendasi yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) ini didasarkan pada bukti dari 16 uji coba yang melibatkan 16.236 pasien dengan infeksi Covid-19 yang tidak parah, parah, dan kritis.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas