CDC AS: Angka Kasus Infeksi Omicron di AS Terlalu 'Berlebihan'
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah melakukan koreksi terhadap pelaporan jumlah kasus virus corona (Covid-19).
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ATLANTA - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) telah melakukan koreksi terhadap pelaporan jumlah kasus virus corona (Covid-19).
Lembaga itu mengatakan perkiraan sebelumnya untuk persentase kasus infeksi baru yang disebabkan oleh varian Omicron mencapai lebih dari tiga kali lipat dari angka sebenarnya.
"Hanya 22,5 persen dari infeksi Covid-19 AS yang tercatat dalam minggu yang berakhir pada 18 Desember terkait dengan Omicron, dibandingkan perkiraan 73,2 persen yang diumumkan minggu lalu," kata CDC pada Selasa kemarin.
Baca juga: CDC Tambahkan 3 Tujuan Wisata Eropa ke Kategori Risiko Perjalanan Tinggi
Baca juga: CDC AS Pangkas Waktu Isolasi Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Jadi 5 Hari
Angka ini juga mengungkapkan bahwa varian baru tersebut menyumbang 58,6 persen dari kasus baru dalam minggu yang berakhir pada 25 Desember.
Sementara itu, hampir semua kasus infeksi lainnya disebabkan oleh varian Delta.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (29/12/2021), CDC mengaitkan kehilangan besar pada laporan minggu lalu yang memicu berita utama dramatis tentang penyebaran Omicron yang sangat cepat, dengan data baru yang tersedia.
Baca juga: Dampak Omicron, Maskapai di Amerika Serikat Batalkan 800 Penerbangan
ABC News menyebut angka revisi pada kasus Omicron pada Selasa kemarin merupakan jumlah yang 'lebih rendah'.
"Kami memiliki lebih banyak data yang masuk dari jangka waktu itu dan ada pengurangan proporsi Omicron. Penting untuk dicatat bahwa kami masih melihat peningkatan yang stabil dalam proporsi Omicron," kata Juru bicara CDC AS.
Angka yang 'dilebih-lebihkan' itu dirilis oleh CDC pada 20 Desember lalu, sehari sebelum Presiden AS Joe Biden memberikan pidato peringatan bahwa orang Amerika yang tidak divaksinasi berisiko tinggi terkena penyakit serius karena varian baru Omicron.
Biden pun mengklaim bahwa 'hampir semua' dari lebih dari 400.000 warga Amerika yang meninggal karena Covid-19 pada 2021 'belum diinokulasi'.
Karena kekhawatiran terhadap kemunculan Omicron, pemerintahan Biden akhirnya memperketat aturan pembatasan perjalanan, termasuk larangan bagi pelancong dari 8 negara di benua Afrika, tempat varian itu kali pertama diidentifikasi pada bulan lalu.
"Larangan perjalanan akan berakhir pada 31 Desember mendatang," kata Biden pada Selasa kemarin.
Namun, ia telah memperingatkan bahwa orang Amerika yang tidak divaksinasi akan menghadapi 'musim dingin, penyakit parah dan kematian'.
Penasihat Medis Gedung Putih Anthony Fauci mengatakan pada Senin lalu bahwa dengan penyebaran Omicron, orang Amerika yang divaksinasi Covid-19 bahkan tidak boleh menghadiri perayaan Malam Tahun Baru.
"Akan ada tahun-tahun lain untuk melakukan itu, namun tidak tahun ini," tegas Fauci.
Sementara itu Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Angelique Coetzee menanggapi reaksi internasional terhadap kemunculan Omicron.
Ia menegaskan bahwa varian baru ini hanya menyebabkan gejala ringan atau tanpa gejala pada sebagian besar orang.