Pakar Kesehatan AS: Analisis Limbah Bisa Bantu Pantau Tingkat Covid-19 dan Prediksi Wabah
Fragmen virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan covid-19 diklaim dapat masuk ke saluran pembuangan melalui kotoran orang yang terinfeksi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Fragmen virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit virus corona (Covid-19) diklaim dapat masuk ke saluran pembuangan melalui kotoran orang yang terinfeksi dan saat mencuci tangan dan tubuh melalui wastafel dan shower.
Sampel limbah ini akan semakin banyak digunakan oleh Departemen Kesehatan di seluruh Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang seberapa banyak Covid-19 menyebar.
Baca juga: Negara-negara Eropa Mulai Mengunci Diri Gara-gara Wabah Covid-19 Omicron
Baca juga: Epidemiolog: Wabah yang Muncul di Dunia Cenderung Makin Parah
"Air limbah akan menjadi indikator utama terkait apa yang terjadi di komunitas tertentu dan apa yang terjadi di masa mendatang. Ini juga akan memberikan indikasi apa yang akan terjadi, karena tidak setiap kasus Covid menjadi perhatian klinis, banyak kasus ringan atau tanpa gejala," kata seorang Sarjana Senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Dr. Amesh Adalja.
Karena tes Covid-19 di rumah saat ini sangat diminati, padahal efektivitasnya masih menjadi spekulasi, Departemen Kesehatan tiap negara bagian pun semakin mengikuti metode tersebut.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (4/1/2022), pemantauan terhadap limbah telah mengungkapkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 terjadi di beberapa negara bagian seperti California, Colorado, Idaho, Massachusetts, Missouri dan North Carolina.
Metode ini juga dilaporkan sedang digunakan untuk penelitian di Kanada, Spanyol dan Inggris.
Saat ini, tim ilmuwan dari University of Missouri telah bekerja sama dengan Departemen Kesehatan serta Layanan Senior negara bagian dan Departemen Sumber Daya Alam untuk melacak virus tersebut melalui sampel limbah.
Saat mereka memisahkan virus dari partikel limbah yang lebih besar, mereka mengekstrak materi genetiknya untuk mempelajarinya, sambil juga dapat mengidentifikasi varian tertentu.
Dengan demikian, data menunjukkan bahwa varian Omicron yang sangat menular menyebar secara cepat ke seluruh negara bagian.
Menurut Kepala Biro Epidemiologi Lingkungan di Departemen Kesehatan dan Layanan Senior Missouri, Jeff Wenzel, mutasi yang terkait dengan varian Omicron ini ditemukan pada 32 dari 57 sampel air limbah yang dikumpulkan di seluruh negara bagian pada 20 Desember 2021.
"Setiap kali orang yang terinfeksi menggunakan toilet, mereka membuang 'informasi' ini ke toilet, di mana ia mengumpulkan dan menggabungkan serta mencampur dengan kotoran dari ribuan orang lainnya," kata salah satu Pendiri dan Presiden Biobot Analytics, sebuah perusahaan epidemiologi air limbah yang berbasis di Massachusetts, Newsha Ghaeli.
Dasbor air limbah Biobot Analytic menunjukkan bahwa tingkat virus corona yang terdeteksi dalam sampel limbah di seluruh AS saat ini lebih tinggi dibandingkan titik sebelumnya selama pandemi.
Pemantauan air limbah ini disebut-sebut sebagai salah satu cara untuk lebih memahami kesehatan masyarakat, terutama di daerah yang tidak memiliki akses yang sama terhadap perawatan.
Seorang Profesor Teknik Sipil dan Lingkungan di University of Massachusetts Lowell, Sheree Pagsuyoin menjelaskan bahwa pandemi virus corona telah mengantarkan era baru analisis air limbah.
"Ini seperti memetakan tren," kata Pagsuyoin.
Sheree Pagsuyoin merupakan bagian dari tim ilmuwan dari UMass Lowell dan Northeastern University di Massachusetts yang membuat dan menguji jaringan sensor nirkabel otomatis berbiaya rendah yang dapat mendeteksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 di udara dan air limbah secara real time.
Proyek ini disebut 'DiSenDa' yang merupakan singkatan dari Disease Surveillance with Multi-Modal Sensor Network and Data Analytics.
Tujuan dari proyek ini adalah untuk 'melacak penularan Covid-19 dan mencegah wabah sebelum lepas kendali serta merenggut nyawa serta mata pencaharian masyarakat'.
Studi percontohan tiga tahun ini awalnya hanya menargetkan Covid-19, namun pada akhirnya dapat digunakan pula untuk mendeteksi patogen lain, seperti kolera.