Ungkap Perilaku Siswa di Masa Pandemi Covid-19, Peneliti Sebut Ada yang Harus Dikhawatirkan
PPIM Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah melakukan penelitian yang dilakukan secara nasional terkait perilaku siswa.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perilaku hidup sehat salah satu bentuk respon terhadap pandemi Covid-19. Upaya ini digunakan untuk menjamin imunitas tubuh kita.
Terkait hal ini, pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah melakukan penelitian yang dilakukan secara nasional di 34 provinsi pada 1 September – 7 Oktober 2021.
Jumlah siswa yang dijadikan responden ada sebanyak 3031 orang siswa, dengan tingkat respon (response rate) sebesar 86,35 persen.
Berdasarkan data survei, olahraga itu adalah perilaku hidup sehat paling diabaikan oleh siswa. Sebanyak 72 persen abai terhadap perilaku olahraga.
Baca juga: Berdalih Punya Komorbid, Seorang Warga Semarang Gunakan Jasa Joki Vaksin Covid-19
Baca juga: Update Covid-19 Global 5 Januari 2022: Total Infeksi Saat Ini Mencapai 295.579.454
"Sementara olahraga ini seperti kita tahu akan membantu meningkatkan imunitas tubuh kita. Terutama saat pandemi Covid-19 ini," ungkap Peneliti PPIM UIN Jakarta, Narila Mutia Nasir, Rabu (5/1/2022).
Tidur tidak teratur juga terjadi pada siswa sekitar 50,5 persen selama pandemi.
Kemudian siswa juga tidak melaksanakan pola makan seimbang sekitar 43 persen dan masih abai.
Lalu terkait protokol kesehatan ternyata ada 20,1 persen siswa masih abai menggunakan masker. Sejauh ini, sebanyak 49,8 persen siswa yang konsisten melakukan siswa.
Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, Thailand Hentikan Program Bebas Karantina Bagi Turis Asing
Selanjutnya ada 41,2 persen mahasiswa abai mencuci tangan. Lalu sebanyak 42,4 persen abai dalam menjaga jarak.
Namun menurut Mutia, dari hasil penelitian tersebut, ada hal yang harus dikhawatirkan.
"Ternyata ada 64,8 persen siswa yang masih abai soal menghindari berkumpul."
"Mereka masih suka kumpul-kumpul. Padahal transmisi virus adalah berkumpul. Bertemu banyak orang meningkatkan risiko penularan," pungkasnya.