Orang yang Sudah Vaksin dan Belum Pernah Positif Covid-19, Benarkah Ada Super Immunity di Tubuhnya?
Super Immunity ditenggarai menjadi faktor kasus Covid-19 di beberapa negara, termasuk Indonesia melandai.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Super Immunity ditenggarai menjadi faktor kasus Covid-19 di beberapa negara, termasuk Indonesia melandai.
Pakar kesehatan sekaligus Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menerangkan, pada mereka yang sembuh dari sakit Covid-19 maka akan terbentuk antibodi, yang disebut imunitas alamiah.
Lalu data menunjukkan, kalau mereka sembuh, mendapat vaksinasi maka imunitasnya akan tumbuh menjadi lebih baik lagi, dan inilah yang belakangan ini banyak disebut sebagai “super-immunity”, atau nama lainnya “hybrid immunity”.
Baca juga: Puskesmas di DKI Jakarta dan Tangsel Terima Paket Kesehatan untuk Dorong Imunitas Warga
Baca juga: Novak Djokovic Tak Bisa Tampil di Australia Terbuka Gara-gara Masalah Vaksinasi, Visa-nya Dicabut
Laporan awal penelitian yang antara lain disampaikan di Jurnal kesehatan internasional Nature akhir 2021 menunjukkan, serum darah mereka dengan super immunity punya kemampuan lebih baik untuk menetralisasi beberapa varian Covid19.
"Setidaknya lebih baik daripada netralisasi pada mereka yang mendapat vaksin tapi sebelumnya tidak pernah sakit," kata dia dalam pesan tertulis yang diterima, Kamis (6/1/2022).
Kemudian, pemberian vaksin ketiga atau booster juga akan memberi perlindungan sama seperti super-immunity pada mereka yang belum pernah sakit sebelumnya.
"Namun perlu dipahami bahwa bukan berarti orang lebih baik sakit Covid-19 kemudian divaksinasi untuk mendapatkan super immunity. Ini pendapat yang salah, karena jatuh sakit seseorang tentu punya berbagai risiko besar bagi kesehatan dan bahkan mungkin juga kehidupan," kata dia.
Tidak Benar-benar Super Melindungi dari Covid-19
Meski demikian ia mengungkapkan, super immunity bukanlah benar-benar berarti amat super, efektifitasnya juga mungkin akan berkurang juga, walaupun memang ada yang menyebut sebagai hyper-charged immunity.
"Juga belum tahu benar bagaimana dampaknya Omicron," jelasnya.
Ada juga fenomena lain, yaitu bagaimana imunitas tubuh pada seorang yang divaksin Covid-19 tapi kemudian tetap jatuh sakit Covid-19, yang setidaknya berdasar Jurnal JAMA akhir 2021 juga memberi perlindungan yang baik.
Dengan berbagai perkembangan ilmu yang ada maka pesan utamanya tetaplah jelas, segeralah mendapat vaksinasi yang lengkap.
Data terakhir sampai 1 Januari 2022 menunjukkan bahwa masih lebih dari 45 persen masyarakat Indonesia belum mendapat vaksinasi lengkap, dan bahkan masih sekitar 57 persen lansia belum mendapat vaksinasi memadai.
"Angka ini harus dikejar dengan segala upaya maksimal kita semua. Lalu, kalau sudah akan ada kemungkinan mendapat vaksin booster maka baik untuk dilakukan, khususnya awalnya bagi mereka yang punya risiko lebih tinggi untuk mendapat penyakit Covid-19 dalam berbagai variannya," imbuhnya.