Pakar Epidemiologi Sebut Testing Indonesia yang Mendeteksi Dini Vairan Omicron Masih Belum Kuat
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman hal ini adalah masalah klasik.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara luar seperti Amerika dan Inggris kini mengalami lonjakan kasus akibat varian baru Covid-19 yaitu Omicron.
Bahkan Amerika telah memecahkan rekor hingga 1 juta kasus infeksi perharinya.
Sedangkan kasus infeksi di Indonesia sendiri saat ini menurut Pemerintah disebut cukup terkendali.
Meskipun kasus varian Omicron terus meningkat tajam.
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman hal ini adalah masalah klasik.
Hal ini dikarenakan menurut Dicky, deteksi dini Indonesia tidak kuat.
"Sejak varian Alpha, Delta, itu deteksi dini gak kuat. Gak punya testing sampai 500 ribu. Jadi jangan terlalu berharap menemukan kasus hingga 300 ribuan. Kemampuan testing kita terbatas, 200 ribu saja," ungkapnya pada siaran live Instagram, Kamis (6/1/2022).
Baca juga: Pemerintah Tingkatkan Sinergi dengan Stakeholder dalam Tekan Penyebaran Omicron
Setidaknya Indonesia membutuhkan kapasitas testing hingga 1 juta atau minimal 700 ribu. Sehingga dapat menunjukkan situasi sebenarnya.
"Kemampuan deteksi kita terbatas. Pesan pentingnya, dengan keterbatasan deteksi ga tahu yang membawa virus ini. sehingga kembali ke upaya lain yaitu 5M dan faktor vaksinasi lagi," tegas Dicky.
Di sisi lain, ia pun mengatakan jika potensi lonjakan kasus tidak bisa dihindari.