Pakar Epidemiologi Sebut Strategi Lockdown jadi Opsi Paling Berat Untuk Dipilih
Strategi Lockdown saat ini menjadi opsi yang berat saat ini. Apa lagi masyarakat saat ini sudah masuk pada tahun ketiga di pandemi Covid-19.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Strategi Lockdown saat ini menjadi opsi yang berat saat ini. Apa lagi masyarakat saat ini sudah masuk pada tahun ketiga di pandemi Covid-19.
Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman Indonesia.
Menurutnya strategi lockdown memiliki efektifitas yang kurang.
"Jadi pemilihan strategi yang akhirnya diambil adalah 3T yaitu testing, treacing dan treatment," ungkapnya pada Tribunnews, Sabtu (22/1/2022).
Selain itu, protokol kesehatan perlu digencarkan dan diikuti oleh program percepatan vaksinasi Covid-19. Ia pun menyebutkan jika saat ini pintu masuk di Australia pun sempat dibuka.
Baca juga: Vaksin Setidaknya Butuh 10 Tahun Agar Bisa Diberikan pada Masyarakat, Namun?
Namun hal itu sempat membawa dampak yang tidak baik.
Yaitu terjadi trend kenaikan kasus Covid-19.
"Tapi pintu masuk udah mulai longgar dibuka. Jadi mereka gak milih strategi lockdown. Sudah 14 kali dilakukan di sini. Indonesia harus belajar dari pengalaman buruk Australia.
Pelonggaran pintu masuk membuat virus bersirkulasi bebas tidak terkendali. Risiko ini rawan bagi Indonesia.
Tanpa deteksi dan protokol kesehatan yang kuat, vaksinasi Covid-19 di atas 80 persen tetap membuat korban berjatuhan dan berdampak pada angka kematian.
Di sisi lain, meski tidak sebesar varian Delta, ada hal buruk lain yang ditimbulkan, yaitu dampak Long Covid-19.
Di sisi lain, kasus varian Omicron sulit terdeteksi. Belum lagi sebagian masyarakat ada yang belum divaksinasi dengan dosis penuh.
"Di Indonesia masih banyak yang belum divaksinasi penuh. Ini yang berbahaya," pungkas Dicky.