Kemenkes Ungkap Penyebab Terjadinya Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap alasan terjadinya kasus Covid-19 yang melonjak.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap alasan terjadinya kasus Covid-19 yang melonjak.
Seperti diketahui, kasus Covid-19 di Indonesia belakangan ini mengalami peningkatan yang signifikan.
Pada Minggu (30/1/2022), kasus Covid-19 dilaporkan mengalami penambahan sebanyak 12.422 kasus.
Kemudian pada Senin (31/1/2022), terjadi penambahan sebanyak 10.185 kasus baru.
Lantas, apa yang membuat kasus Covid-19 kembali melonjak?
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, membenarkan terjadinya kenaikan positivity rate dalam seminggu terakhir.
Namun menurutnya, meningkatnya kasus Covid-19 ini sejalan dengan upaya testing dan tracing yang dilakukan dan ditingkatkan.
"Positivity rate mingguan kita ada kenaikan sebesar 3,65%. Hal ini selain seiring dengan kenaikan kasus konfirmasi, tapi juga sejalan dengan ditingkatkannya angka testing dan tracing,” ujar dr. Nadia dalam keterangan pers di laman Kemenkes.
Baca juga: 4 Poin Penting Arahan Presiden Terkait Evaluasi PPKM: Percepat Vaksinasi
Baca juga: Pasien Isoman untuk Dapat Akses Telemedisin dan Obat Gratis dari Kemenkes, Begini Alurmya
Menurutnya, kenaikan positivity rate ini menunjukan kemampuan deteksi Indonesia dalam hal testing dan tracing.
Per tanggal 30 Januari 2022, jumlah orang yang di tes adalah 5,75 per 1000 penduduk per minggu.
Angka ini jauh diatas angka anjuran WHO, yakni 1 per 1000 penduduk per minggu.
Peningkatan kuota testing dan tracing ini merupakan bentuk dari upaya deteksi dini dalam mencegah perluasan penularan, serta mencegah munculnya klaster sebaran yang baru.
"Ini juga merupakan usaha untuk mendeteksi lebih awal gejala Covid-19 yang diderita oleh tiap-tiap individu. Hal ini penting untuk mencegah keterlambatan penanganan kasus mengingat varian Omicron yang memiliki persebaran lebih cepat namun cenderung tidak bergejala,” terang dr. Nadia.