Pakar dari UGM: Jangan Sepelekan Omicron, Penularan Covid-19 Varian Ini Akan Gantikan Delta
Tingginya kasus kasus aktif Covid-19 di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir patut diwaspadai.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
“Setidaknya kementerian kesehatan memang sudah menganjurkan untuk yang ringan atau tidak bergejala (OTG) sebaiknya diisolasi terpusat atau isolasi mandiri sehingga rumah sakit fokus untuk mereka yang kritis atau berat," urainya.
Sementara sebagai upaya pengendalian penularan yang cepat Gunadi menuturkan, pemerintah perlu mengambil kebijakan pembatasan sewaktu menghadapi gelombang varian Delta bisa dijadikan pertimbangan untuk pengendalian tingginya penularan varian omicron saat ini.
Artinya dengan mempertimbangkan aspek kesehatan dan aspek-aspek lain, perlu kiranya pemerintah mengambil langkah kebijakan sama seperti di saat menghadapi varian delta. Artinya aktivitas masyarakat betul-betul dibatasi agar varian omicron tidak menyebar secara cepat.
“Stop aktivitas beberapa minggu. Memang tidak langsung kelihatan, tetapi setelah beberapa bulan terlihat turun, dan itu perlu dilakukan kembali," papar Gunadi.
Menurut Gunadi bila dilihat gejalanya varian omicron memang lebih ringan dari delta. Dengan hospitalisasi tidak setinggi sewaktu delta bukan berarti pemerintah dan masyarakat abai.
Indonesia bisa belajar dari data yang terjadi di Amerika Serikat saat ini. Data di AS saat ini memperlihatkan hospitalisasinya jauh lebih tinggi dibanding saat varian delta.
”Di AS seperti itu, bagaimana dengan Indonesia? Sampai saat ini hospitalisasinya memang belum tinggi tapi jangan abai karena pengalaman beberapa negara termasuk Australia dan beberapa negara maju lainnya ternyata sudah terdampak dengan omicron, padahal sistem kesehatan mereka jauh lebih siap dibanding kita," imbuhnya.