Ahli Epidemiologi Sebut Perlu Peran Komunikasi Risiko Agar Masyarakat Waspada dan Tidak Abai
Bahkan untuk varian Omicron yang kerap dianggap tidak timbulkan gejala berat bisa menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 adalah masalah bersama.
Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Baik secara global, regional dan lokal.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman.
"Kalau masing-masing mengambil keputusan sendiri, menyatakan bebas sendiri, si virus ini akhirnya bebas bersirkulasi,"ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (23/2/2022).
Di sisi lain, Dicky menegaskan jika virus SARS-CoV-2 ini tidaklah melemah.
Baca juga: Hong Kong Temukan Covid-19 dalam Kemasan Daging Sapi Impor dan Kulit Babi
Bahkan untuk varian Omicron yang kerap dianggap tidak timbulkan gejala berat bisa menyebabkan angka kematian yang lebih tinggi.
"Amerika misalnya. Karena virus ini tetap berbahaya. Berpotensi mematikan, walau pun persentase fatalitas sama dengan Delta yaitu 1 persen. Tapi kalau menimpa yang rawan, tidak divaksinasi, kematian bisa tinggi," tegasnya.
Virus Covid-19 varian Omicron terkesan melemah karena modal imunitas negara saat ini lebih baik di tahun ketiga. Dibandingkan saat delta lahir, cakupan vaksinasinya lebih jauh rendah.
Oleh karena itu, menurut Dicky penting untuk memunculkan peran dari komunikasi risiko. Pemerintah perlu menyampaikan data ke publik apa adanya.
Baik dari sisi negatif, kelemahan, potensi buruk, dan sisi positif seperti pencapaian. Pemerintah juga perlu menyebutkan rencana ke depan.
Sehingga terbangun persepsi risiko yang kuat dan lahirlah kewaspadaan. Bukan kelemahan dan pengabaian. Menurut Dicky, hal ini lah yang menjadi kekurangan bagi semua negara.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.