Kebanyakan Pasien Covid-19 Meninggal Memiliki Komorbid, Apa yang Harus Dilakukan untuk Mencegah?
Melihat pada data, Jawa Timur memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta. Dan ini disebabkan oleh faktor komorbid.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Secara global, beberapa waktu ke depan diperkirakan kasus Covid-19 dapat mencapai hitungan hingga setengah miliar.
Namun saat ini kasus Covid-19 dominan oleh varian Omicron, sehingga diharapkan dampak yang diberikan tidak seganas varian sebelumnya yaitu Delta.
Ketua Umum PP IAKMI dr Ede Surya Darmawan SKM. MDM menyebutkan sejauh ini kebanyakan pasien Covid-19 yang meninggal rata rata memiliki komorbid.
Baca juga: Presiden Jokowi Minta Resiko Kematian Akibat Covid-19 pada Lansia dan Komorbid Ditekan
"Jumlah kematian komorbid paling banyak, hampir 50 persen adalah hipertensi. Kedua adalah Diabetes yaitu 29,5 persen dan terakhir penyakit jantung sekitar 22 persen," ungkapnya pada webinar virtual yang diadakan Kementerian Kesehatan, Kamis (24/2/2022).
Ia meminta bagi yang memiliki punya komorbid, tolong dikendalikan.
Melihat pada data, Jawa Timur memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta. Dan ini disebabkan oleh faktor komorbid.
Berdasarkan data Rumah Sakit Online dari Kementerian Kesehatan ada 1080 pasien meninggal.
Lantas apa yang perlu dilakukan? Dr Ede pun memberikan beberapa tips menghadapi Covid-19 sekaligus mengendalikan komorbid.
"Dalam ilmu kedokteran ada istilah five level of prevention of diases atau lima pencegahan penyakit," katanya.
Baca juga: Rumah Sakit di Hong Kong Kebanjiran Pasien Covid-19, Izinkan Dokter dari China untuk Membantu
Pertama, ketika seseorang sudah dalam keadaan sehat, maka promosikan gaya hidup sehat, sehingga tubuh tidak gampang sakit.
Kedua, ketika ada ancaman penyakit, Covid-19 sudah datang, pakailah masker.
Begitu juga lakukan vaksin Covid-19 supaya terlindungi. Dengan harapan, kalau pun terkena tidak berdampak parah.
Ketiga, cobalah untuk mengendalikan komorbid. Caranya jangan malas untuk bergerak. Secara rutin, lakukan aktivitas fisik. Kalau makan, jangan hanya nasi. Cobalah konsumsi sayur dan buah.
Keempat, sebelum penyakit datang, maka perlu lakukan diagnosis dini apa pun penyakitnya. Segera lakukan diagnosis dini. Karena kalau tidak, maka tidak jarang pasien datang dengan kondisi yang sudah parah.
Kelima, kalau pun sakit maka segera dapatkan perawatan. Dan dibatasi jangan sampai pasien alami cacat. Kalau sampai cacat segera lakukan rehabilitasi.
Dr Ede pun menekankan jika prinsip protokol kesehatan bukan 5M kalau ada Covid-19. Tapi bagaimana meningkatkan derajat kesehatan, mencegah penyakit. Atau kerugian ekonomi, mencegah keparahan dan kematian.
"Kematian itu takdir, tapi tugas kita berusaha dan berdoa untuk mengubah takdir. Tugas kita serius menegakkan prokes dan mencegah Kesakitan," pungkasnya.